Minggu, 24 Maret 2013

My Diary



Kali ini, aku ingin bercerita sedikit tentang pengalamanku. Khususnya pengalaman asmaraku. Mungkin ini bisa dibilang lebay atau semacamnya, tapi aku ingin semua orang tahu bagaimana perasaanku selama ini lewat tulisanku. Sudah banyak memang tulisan yang kubuat dimana idenya selalu dari kisah nyataku, bahkan beberapa memang dari kisah nyata yang kubuat happy ending. Ya, itu yang kumau dihidupku, happy ending.

Semua orang pasti juga menginginkan hal yang sama. Semua orang pasti menginginkan ending yang bahagia bersama dengan orang yang ia cintai, begitu juga aku.

Dulu, saat aku masih kelas 1 SD, aku tertarik pada satu orang laki-laki. Nama yang takkan pernah bisa kulupakan, yaitu Dear. Dia memang bukan cinta pertamaku, juga bukan cinta monyetku. Aku hanya tertarik padanya karena dia punya wajah yang manis walau kulitnya hitam. Bisa dibilang Dear itu orangnya hitam manis. :) Dia teman sekelasku waktu itu namun harus pindah karena—mungkin— keluarganya punya masalah dengan ekonominya. Sewaktu aku SD memang bayaran lumayan mahal untuk saat itu.

Itulah kisah masa kecilku sewaktu SD, dan untuk pertama kalinya tertarik dengan laki-laki walau hanya sekedar tertarik pada wajah saja. Hahaha...

Perjalanan asmaraku masih panjang. Setelah Dear pindah, aku tak pernah memikirkan laki-laki lagikecuali teman dan sahabat. Di kepalaku, yang ada hanya rangking 1, rangking 1, dan rangking 1 karena aku sudah membuat Mama dan Bapak kecewa dengan peringkatku di kelas 1, yaitu rangking 2. Dan benar saja! Karena tekadku yang bulat, aku berhasil dapat rangking 1 sejak kelas 2 sampai lulus SD. :D Aku sangat bersyukur karena-Nya.

Ah, aku belum cerita tentang cinta monyetku. :p Aku bertemu dengannya sewaktu kami kelas 4. Dia anak baru, pindahan dari Bandung. Namanya Eri.

Dia pintar Matematika dan pernah mewakili sekolah di lomba Calistung lalu berhasil juara 6. Huaaa! Keren! Tapi aku sebal dengannya karena dia selalu mem-bully-ku sewaktu kelas 5 dengan Sofia, teman sebangkunya. -_-* Mungkin dia mau balas dendam sama aku karena di kelas 4, aku selalu jailin dia. Kalau bukan karena tempat duduknya yang berada di belakangku, mungkin aku takkan jail padanya begitu juga dia yang selalu menjailiku.

Namun, saat aku kelas 6 SD, dia pindah entah kemana tanpa kabar. Padahal aku masih ingin bersamanya, bercanda bersama walau pada akhirnya aku di-bully. Aku juga belum berterimakasih padanya untuk semua kenangan darinya. Heh, TOMAT (TOMpel di MATa)! Awas saja kalau ketemu lagi, aku akan mem-bully-mu! XP

Fuaaah! Rasanya sekarang, aku jadi rindu akan masa-masaku di SD. :) 

Perjalananku pun berlanjut ke SMP. Untuk masuk ke SMP itu benar-benar susah. Belum lagi harus bersaing dengan murid-murid pintar dari berbagai daerah. Aku senang, karena setelah masuk SMP, pikiranku teralihkan dari sosok Eri. Di SMP, aku bertemu orang-orang yang menyenangkan! Untuk pertama kalinya sejak masuk SMP, aku sempat memperhatikan satu orang laki-laki, namanya Fajar.

Kenapa?

Akan kuceritakan lebih detailnya.

Jadi waktu itu kami semua sedang ngoreksi PR Matematika. Lagi-lagi pelajaran Matematika yang kubawa, it’s my favorite lesson! >,< Oke, lanjut. Nah, setelah selesai ngoreksi, buku yang sudah ditukar itu harus dikembalikan ke yang punya. Entah itu kebetulan atau apa, buku yang kukoreksi itu punya Fajar dan buku yang dia koreksi itu punyaku. 

-_-* Tapi ngeselin, dia ngotot banget nanya soal namaku. Padahal jelas banget di buku itu ada namaku, pake nggak percaya segala lagi!

Ada lagi laki-laki yang membuatku kesal namun tidak terlalu kuperhatikan, mungkin malah harus jaga jarak dengannya karena terus di’ceng’in sama teman sekelas. Namanya Azhar. Maaf, aku lupa nama panjangnya. :D Kalau bukan karena kecelakaan waktu itu, mungkin aku takkan menjaga jarak dengannya juga. Waktu itu aku masih semingguan lebih menjadi anak SMP. Azhar pinjam tipe-x padaku, namun aku memberikannya tipe-x kertas dengan cara dilempar karena jaraknya terlalu jauh.

T^T Tapi malah tipe-x ku yang hancur. Huaaa! Aku ingin menangis di saat itu juga. Bukan karena tipe-x nya tapi karena diperhatikan oleh anak-anak sekelas, uh mana masih baru lagi. Entah kenapa sejak saat itu anak-anak sekelas nge’ceng-ceng’in aku dengannya.

Walau aku di’ceng’in dengan Azhar, tapi laki-laki yang sebenarnya kusukai adalah Didik. Dia adalah cinta pertamaku, karena aku tak pernah menyukai laki-laki sedalam ini. Aku selalu berdebar jika berdekatan dengannya. Aku ingat, di hari Sabtu pagi saat aku piket, dia baru saja datang ke kelas. Ketika itu aku sedang berdiri di depan pintu kelas dan tanpa sengaja tangan kami bersentuhan seperti ingin menggenggam tapi hanya sedetik saja. Mendengar suaranya saja sudah membuatku berdebar, apalagi jika berdekatan dan berbicara dengannya?

Ugh, lagi-lagi aku harus merasakan kepahitan yang teramat dalam dari cinta pertamaku itu. Dia menolakku secara tidak langsung saat kelas 9.

Didik pacaran dengan sahabatku, Neneng. :) Miris sih, begitu tahu mereka pacaran, padahal Neneng tahu kalau aku menyukai Didik sejak kelas 7. Tiap kali dia cerita padaku tentang SMS dari Didik yang selalu gombalin dirinya, hatiku merasa sakit seperti tertusuk katana. ;( Gara-gara itu, aku nggak mau bersahabat lagi dengannya karena hatiku sudah terlalu sakit.

Dan di saat itulah, dia datang. :) Iya, dia datang. Orang yang tak pernah kuharapkan untuk mengisi hatiku yang kosong itu tiba-tiba datang padaku dan bilang kalau dia menyukaiku di depan teman sekelas. Namanya Ricky Kurnia blablabla. :)

Aku tak tahu kalau sejak kelas 7, kamu selalu memperhatikanku.

Aku juga tidak tahu, kalau panggilan ‘Bonbon’-mu itu hanya untuk mencari-cari perhatianku.

Aku juga takkan tahu semua perasaanmu padaku jika kau tak mengatakannya di tanggal 15 Februari 2012.

Dan aku juga tidak akan pernah bisa mendapatkan perasaanmu yang tulus padaku, jika aku tak menyambutmu dalam kehidupanku.

Terdengar puitis, ya?

Tapi, aku bahagia bisa menjalani hari-hari terakhir di SMP bersamamu, walau banyak tekanan juga yang menghantam perasaanku. Mungkin kamu nggak tahu kalau aku tertekan saat kita jadian.
Kamu tahu? Aku yakin kamu tahu. Aku selalu cemburu jika kamu dekat dengannya, bercanda dengannya, dan mengobrol bersamanya. Aku pernah mengatakannya padamu tapi kamu bilang kalau dia hanya teman. Tapi kamu nggak tahu ‘kan, gimana sakitnya aku sewaktu melihatmu berdansa dan bergandengan tangan dengannya? Kamu nggak tahu ‘kan sesakit apa aku sewaktu melihat fotomu dengannya? Kamu juga nggak tahu ‘kan gimana perasaanku sewaktu melihatmu bisa senyaman itu jika bersamanya? Kamu bahkan terlihat lebih nyaman dengan yang lain ketimbang denganku. Aku ingin kamu bisa lebih nyaman jika denganku, tapi apa? Kamu justru kelihatan sebaliknya.

Sakit.

Sedih.

Kecewa.

Itu yang kurasakan dan hanya pada orang yang sama.

Sebenarnya juga bukan itu saja, aku cemburu jika kamu dekat dengan sahabatku sejak kelas 8. Kamu tahu itu semua, rasanya malu banget kalau rasa cemburuku ketahuan olehmu. Kalau bukan karena sahabatku, mungkin kamu tidak akan tahu. Awalnya aku kesal saat dia manggil kamu dengan sebutan ‘kakak’, terlebih melihatmu yang juga meresponnya.

Lalu perasaanku berubah menjadi cemburu saat tahu kau meminjamkan ponselmu padanya. Kamu tahu, dia memainkannya di depan mataku dan aku tak bisa berbuat apa-apa selain menahan tangis. Aku yang pacarmu tak pernah berani untuk meminjamnya karena itu privasimu tapi kenapa kamu membolehkannya mengutak-atik ponselmu di depan mataku.

Sakit tahu, sakit!

Mungkin ini lebay, tapi kamu itu pacar pertamaku dan aku nggak mau perhatianmu terbagi.

Posesif?

Iya, aku memang pacar yang posesif.

Tapi aku tak pernah mau masuk ke dalam urusan privasimu. Aku selalu berusaha untuk menjaga perasaanmu dengan menjauhi teman-teman laki-lakiku. Orang yang membuatmu cemburu pun sudah kujauhi agar kamu tidak merasa cemburu lagi padaku.

Huft, aku cuma bisa menghela napas mengingatnya.

Kamu, iya, kamu Ricky.

Kamu orang pertama yang menjadi pacarku, tapi kamu juga orang pertama yang bisa membuatku merasakan perasaan tak menentu ini. Maksudku, memang kamu bukan cinta pertamaku tapi kamu orang pertama yang selalu kuinginkan untuk bersama denganku selamanya. Bahkan sampai sekarang, aku selalu memikirkannya. Walau aku tahu, semua yang sudah kita lalui itu takkan bisa terulang lagi.

Sedih sih, tapi mau bagaimana lagi?

Kamu gantungin hubungan ini selama berbulan-bulan.

Mana tahan aku dengan semua itu.

Di saat aku terpuruk seperti itu, kamu tak memperhatikanku sama sekali sampai aku tahu apa penyebab dari berubahnya sikapmu. Iya, mungkin ini tidak benar, tapi mungkin juga ini benar. Kamu berubah dan mulai tak memperhatikanku lagi sejak kita lulus SMP dan berhasil masuk ke SMK yang kita pilih. Di bulan September atau Oktober tahun 2012, kabarmu benar-benar hilang. Bahkan semua rencanaku untuk memberikan kejutan dan kado secara langsung di hari ulang tahunmu yang ke-15 (14 Oktober), harus batal karena kamu tidak bisa datang.

Kamu nggak tahu gimana sekecewanya aku walau aku sudah bilang ‘tidak apa-apa’ padamu, kan?

Nomormu pun tidak aktif setelah itu.

Sedih, kecewa, tapi aku nggak bisa berbuat banyak.

Bahkan kita pernah bertengkar karena statusku dan hanya karena kuubah status di FB-ku dari pacaran menjadi tidak ada hubungan itu hubungan kita benar-benar putus tanpa mengucapkan kata ‘putus’ yang sebenarnya.

Kamu nggak tahu seberapa sakitnya begitu tahu kamu tidak berusaha untuk bertanya padaku. Munafik memang jika aku tak menginginkanmu untuk bertanya lebih dulu sebelum aku menjelaskan. Tapi aku bersyukur, setidaknya kamu suka dengan jaket baseball yang kubelikan untukmu, khusus untukmu. ;) Aku berpikir sejak saat itu, kenapa hubungan ini tak bisa bertahan lama? Padahal aku ingin kamu yang pertama dan terakhir untukku.
Tapi semua itu harus kupendam sedalam mungkin saat melihat foto itu. Iya, karena foto itu juga yang membuatku untuk berganti status.

Kamu kelihatan bahagia dengannya.

Dengan gadis lain yang mungkin bisa membuatmu nyaman di sana.

Perasaanku semakin yakin begitu dengar perkataan sahabatku yang mengatakan kalau gadis-gadis di kelasmu itu ‘ramah-ramah’. Sakit, tapi tak bisa berbuat banyak lagi.

Hei, Ricky. Apa sekarang kamu sudah membenciku?

Kurasa begitu, kamu bahkan sampai me-remove-ku dari FB-mu.

Sakit tahu, sakit.

Dulu aku pernah bilang padamu, kalau hubungan ini tak bisa diteruskan, aku ingin kita menjadi sahabat atau teman saja. Walau kamu tidak menjawab mau atau tidaknya secara jelas, tapi aku mengharapkan kemauanmu itu. Aku benar-benar mengharapkannya. Tapi yang ada malah kita berakhir seperti ini.

Ini semua salahmu!

Aku berusaha untuk mengerti keadaan.

Tapi... kenapa kamu menggantungku begitu?

Kamu tahu, hanya dengan SMS ‘selamat pagi’, ‘selamat siang’, ‘selamat sore’ dan ‘selamat malam’mu itu aku sangat senang. Itu berarti kamu masih memperhatikanku walau kita berjauhan. Tapi aku juga tidak bisa menyalahkanmu karena aku terlalu ceroboh mengambil keputusan. 

Tapi apa mungkin bisa berubah jika aku terus menunggu?

Apa mungkin kamu masih memperhatikanku seperti dulu?

Aku memang bodoh karena baru menyadarinya sekarang, tapi aku akan lebih bodoh lagi jika aku tak mengakuinya. 

Aku sudah terperangkap oleh perasaanmu sampai-sampai aku tak bisa keluar dari perangkapmu yang bernama ‘cinta’ itu. Perasaanku perlahan dan seiring berjalannya waktu semakin membesar. Begitu mengingat kenangan yang kita buat, hatiku terasa ditusuk jarum. Air mata pun ingin keluar dari mataku.

Aku... suka padamu, aku... masih menyayangimu, aku juga masih mencintaimu. Aku... benar-benar tak bisa berbuat apa-apa lagi. :)

Terima kasih untuk semuanya, Ricky.

Walau hanya 6-7 bulan kita bersama, tapi kenangan-kenangan yang dibuat terlalu banyak sampai-sampai aku tak yakin bisa menghapusnya, dan memang aku tak berniat untuk melupakannya.

Aku akan mengenangnya baik-baik.

:) Aku harap kita bisa bertemu lagi suatu saat nanti.

Ya... suatu saat dengan senyuman, bukan malah menghindar satu sama lain hanya karena masa lalu. Semua masa laluku pun sudah kusimpan dalam proyek A Thousand Bird Papers. Aku juga berharap, suatu saat jika aku tak ada lagi, semua orang yang kutulis namanya bisa membuka satu persatu A Thousand Bird Papers itu.

Untukmu,
Dari gadis di masa lalumu...