Sabtu, 20 Juni 2015

[Gundam SEED/Destiny] Precious Rose 07


GUNDAM SEED/DESTINY © Masatsugu Iwase, Yohiyuki Tomino, Hajime Yatate © SUNRISE
  Rin Shouta 
Present
.
Precious Rose
Rate : T
Genre : Tragedy, Angst, War, etc.
Pairing : AsuCaga
Warning : First Canon, OOC, Typos, AU, GaJe, dsb.
.
Summary : ORB Union adalah tempat tinggalku. Namun sekarang yang tersisa hanya puing-puing. Bahkan aku tidak yakin ada yang bisa bertahan hidup setelah perang dahsyat antara Coordinator dan Natural yang terjadi di ORB. Andai aku berada di sana saat itu, mungkin aku bisa menyelamatkan mereka, walau tidak semua penduduk bisa kuselamatkan. Full of Cagalli's POV.
.
.
.
Chapter 7
Death

Seharusnya...








Aku menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan lewat mulutku yang terbuka sedikit. Aku... memang sudah menduga ini semua akan terjadi, tapi aku tak pernah benar-benar mengharapkannya terjadi. Sungguh.
"Aku... nggak bisa jawab 'iya' kalau Rin masih suka sama dia."
"..."
Biarkan aku bernapas, Je.
"Kalau Rin nggak bisa melepasnya, aku nggak bisa jawab 'iya'."
"Jangan jadikan aku sebagai penghambat kalian. Toh, aku bukan siapa-siapanya, Je."
Ya, aku tahu kalau ini akan jadi cinta yang bertepuk sebelah tangan.
"Tapi Rin suka dia dan Rin temanku."
Ugh, sekarang aku bingung harus berekspresi apa. Aku berusaha untuk tersenyum semampuku.
"Nggak apa-apa. Gigip sukanya sama Jean, bahkan sampai minta ta'aruf-an begitu. Ahahaha."
Dan entah bagaimana wajahku sekarang yang memaksakan diri untuk tertawa seperti orang bodoh.
"Riniii..."
Jean memelukku dan aku harus mati-matian menahan tangisku. "Sudah ah, malah nangis nanti kalau dipeluk begini," kataku dengan nada bercanda.
Aku menghembuskan napas berat.
"Je, sebenarnya ini sudah kedua kalinya terjadi. Maksudku, dulu waktu SMP, aku pernah menyukai seseorang. Tapi dia jadian dengan temanku dan karena itu, aku lost contact dengannya. Bisa dibilang ini adalah kesempatan keduaku. Aku nggak mau kehilangan temanku, terutama Jean. Aku sudah mengatakannya 'kan lewat surat?"
Jean tidak menjawab, hanya mengeratkan pelukannya. Tiara ikut memelukku. Semua laki-laki memperhatikan kami. Aku hanya tertawa sambil mengedipkan mata beberapa kali. Berharap air mataku tak terlihat.
Banyak pertanyaan yang ingin kutanyakan saat kilasan memori tentang aku dan dia muncul di benakku.
Haaah... Bodoh sekali...
Aku... spesial di matanya?
Tidak, itu hanya pemikiranku yang penuh harap tentangnya.
Perhatiannya waktu kelas 11 dulu?
Dia memang baik pada orang lain. Dia hanya membantu dan perhatian padaku sebagai teman. Sama seperti yang ia lakukan pada yang lain.
Bagaimana dengan kupon?
Waktu itu aku terlalu sibuk dengan uang DAP, sampai aku tak sadar kalau ada pembagian kupon. Dia berbaik hati mengambilnya untukku.
Lalu, kenapa Jean nggak?
Kau bisa tanyakan itu pada orangnya langsung.
Soal gantungan?
Dia bilang hanya ingin menyenangkanku. Mungkin dia tahu kalau aku berbohong nggak marah karena ketemuannya ngaret. Atau mungkin juga sebagai hadiah aku menang lomba.
Nah, soal ajakan bukbernya? Bukannya cuma kamu yang diajak dan kamu malah ngajak Kak Prita dan Jean.
Karena aku nggak mau dikira ke-GR-an kalau memang dia hanya mengajakku saja. Lalu akhirnya, hanya aku yang pulang sendiri. Dia dengan Jean. Kak Prita dengan pacarnya. Saat itu aku melihat bulan dan menangis. Tapi aku tidak menulisnya di suratku untuk dia. Aku mengubah arah pembicaraan.
Dan dari semua kejadian yang ada, kejadian itu yang membuatmu sadar, kan? Tapi kau selalu saja menepisnya dan terus percaya kalau dia juga menyukaimu.
Iya, aku tahu.
Sekarang, aku merasa benar-benar bodoh.
Dia menghindar waktu itu karena dia nggak mau ada gosip yang aneh antara aku dan dia. Bukan cuma itu, dia juga nggak mau menyakiti Jean. Ahahaha, aku sudah tahu kok. Kalian memang saling suka sejak saat itu. Ah, tapi maaf kalau aku sok tahu.
Aku lihat statusmu, Je.
"Iya da na~ nan cha tte!"
Kamu cemburu, kan?
Aku merasa kok, aku hanya nggak berani bertanya.
Tenang, dia juga langsung jalan duluan. Aku nggak jalan beriringan dengannya. Di sampingnya adalah tempat Jean. Bohong kalau aku nggak sedih, aku menangis di jalan. Kalau di rumah, pasti Mama akan bertanya dan aku nggak mau cerita soal itu ke Mama.
"Sepertinya, aku tunggu angkot di sana saja," kataku.
"Yaudah, aku tungguin," balas Jean.
Dia ikut berhenti di belakang Jean.
"Nggak perlu. Kalian duluan saja, sebentar lagi juga ada angkotnya," tolakku.
Maaf, rasanya aku nggak bisa menahannya lagi.
"Oh, yaudah."
Aku berlari kecil menjauhi kalian yang sepertinya sudah berencana untuk pulang bersama. Tangan kananku melambai sebentar ke arah mereka. Hanya Jean yang membalas. Aku berjalan ke depan.
Dengan pikiran kosong, aku kembali berbalik.
"Tunggu!" teriakku sambil berlari menghampiri mereka lagi.
Mereka berhenti melangkah.
Napasku tersendat-sendat saat berdiri tepat di depan mereka. Sebenarnya aku nggak yakin, tapi... ini yang terakhir kalinya sebagai tumpuanku untuk melangkah maju. Aku menatap Jean sebentar.
"Ini... Aku hanya akan mengatakannya sekali."
Aku nggak mau melihat ekspresi mereka tapi aku memaksakan diri untuk menatap mereka.
"Aku suka Gigip."
"Aku tahu, Jean sudah menceritakan semuanya. Aku... Ini yang terakhir. Aku juga tahu, Gigip suka Jean, begitu juga Jean yang suka Gigip. Maaf, kalau perasaanku membuat kalian terhambat. Sekali lagi, jangan jadikan aku sebagai penghambat kalian, Je. Aku nggak ada hak untuk melarang kalian."
Aku menghembuskan napas lagi.
"Oke, lupakan perkataanku barusan. Anggap aku tak pernah membicarakan hal ini. Aku juga akan melupakan perasaanku. Kuharap, kalian bahagia."
Aku tersenyum lalu terkekeh pelan.
Saat menengok ke samping kanan, ada angkot 19 lewat. Sontak aku menghampiri angkot itu. "Jaa!" pamitku.
Setelahnya, aku tak tahu apa yang terjadi pada mereka. Di angkot, aku berusaha menenangkan diri dan menahan tangis. Sambil mendengarkan lagu, aku membuka akun media sosialku. Lagu Whiteeeen yang berjudul Hanbunko membuatku mengedipkan mata beberapa kali lalu menghapus air mata yang muncul di ujung kedua mataku.
Ada nama Rino di daftar teman yang sedang online. Aku langsung mengajaknya chat.
'Rino, aku mau curhat.'

FIN

Note :
Oke, kali ini memang nggak jelas. Aku hanya ingin cerita apa yang kupikirkan belakangan ini. Kalau aku berani mengatakannya di tanggal 2 Juni kemarin, mungkin ini yang akan terjadi.

Sebelum itu, aku minta maaf karena bawa-bawa nama Jean dan Gigip. Err, oke. Kalau kalian membaca posting-an ini, please jangan diungkit. Kalian hanya 'cukup tahu' aja. Untuk orang-orang yang mengenalku juga, jangan ungkit soal ini di RL.

Tak apa kalau kalian menganggapku pecundang, naif, atau sebagainya.

Terserah.

Itu hak kalian untuk berpendapat.

Beginilah aku. Aku nggak bisa bilang langsung face to face. Aku mengatakannya secara tersirat dan tersurat, bukan secara langsung. Aku menuangkan semua perasaanku lewat tulisan, entah lewat surat sampai membuat posting seperti ini.

Aku juga nggak ada maksud untuk menjelek-jelekkan nama orang lain. Terutama orang-orang yang sudah kusebutkan namanya di atas. Ini asli hanya pendapatku. Keinginanku. Pemikiranku. Imajinasi yang bercampur dengan keinginanku.

Dan aku nggak akan bilang kalau aku akan melupakannya.

Aku hanya ingin melupakan perasaanku.

Toh, nggak bisa juga lupa sama orangnya kalau sering ketemu. Aku juga sudah bertekad untuk menjadi Rin yang biasanya. Jadi Rin yang gila akan ikemen, chara cute, berisik, asal nyeplos. Tentunya jadi Rin yang bisa diandalkan. Aku harap begitu.

Terima kasih juga buat Rino!

Ahahaha, maaf ya sering curhat, cerewet, dsb. Makasih atas support dan bahan candaannya.

Makasih karena sering ngatain baper. Padahal bapernya tergantung sikon...

Sama kayak ke Jean, Galih, anggota INORI dan ATEENA, aku nggak bisa marah ke Rino. Toh, emang dasarnya itu orang suka bercanda, nggak perlu sampe hati.

Maaf juga buat Galih. Aku nggak tahu Galih udah tau apa belum. Tapi aku bingung mau cerita atau nggak. Sorry, Galih.

Oke, nambah nama lagi kan...

Haaah... Rasanya lega kalau bisa cerita begini. Walau nggak ada feedback, tapi tetap lega rasanya.

Thanks!

Aku nggak mau kehilangan kalian semua! Love you, all!

Aku harap, saat ketemu yang lain, nggak akan begini lagi. Wk!

CHAU!!

Kamis, 11 Juni 2015

[Gundam SEED/Destiny] Precious Rose 06


GUNDAM SEED/DESTINY © Masatsugu Iwase, Yohiyuki Tomino, Hajime Yatate © SUNRISE
  Rin Shouta 
Present
.
Precious Rose
Rate : T
Genre : Tragedy, Angst, War, etc.
Pairing : AsuCaga
Warning : First Canon, OOC, Typos, AU, GaJe, dsb.
.
Summary : ORB Union adalah tempat tinggalku. Namun sekarang yang tersisa hanya puing-puing. Bahkan aku tidak yakin ada yang bisa bertahan hidup setelah perang dahsyat antara Coordinator dan Natural yang terjadi di ORB. Andai aku berada di sana saat itu, mungkin aku bisa menyelamatkan mereka, walau tidak semua penduduk bisa kuselamatkan. Full of Cagalli's POV.
.
.
.
Chapter 6
Finally We Meet