Jumat, 03 April 2015

[Gundam SEED/Destiny] Precious Rose 02

 
GUNDAM SEED/DESTINY © Masatsugu Iwase, Yohiyuki Tomino, Hajime Yatate © SUNRISE
  Rin Shouta 
Present
.
Precious Rose
Rate : T
Genre : Tragedy, Angst, War, etc.
Pairing : AsuCaga
Warning : First Canon, OOC, Typos, AU, GaJe, dsb.
.
Summary : ORB Union adalah tempat tinggalku. Namun sekarang yang tersisa hanya puing-puing. Bahkan aku tidak yakin ada yang bisa bertahan hidup setelah perang dahsyat antara Coordinator dan Natural yang terjadi di ORB. Andai aku berada di sana saat itu, mungkin aku bisa menyelamatkan mereka, walau tidak semua penduduk bisa kuselamatkan. Full of Cagalli's POV.
.
.
.
Chapter2
First Battle with ZAFT




“Apa? Saya masuk ke medan pertempuran?” tanyaku tidak percaya.


“Mana bisa begitu, Komandan! Dia masih amatiran,” protes Yzak.


Rau Le Crueset tersenyum tipis di atas kursinya. “Aku percaya pada kekuatanmu, Caggy. Di mataku, kau bukanlah natural ‘biasa’. Kekuatanmu hampir sama dengan kami, para coordinator,” jelasnya dengan nada seolah memujiku. ‘Kekuatan? Lucu sekali,’ tawaku dalam hati sambil mengalihkan pandanganku ke arah yang lain.


“Apa salahnya untuk percaya padanya,” kata Athrun.


Nicol menyenggol lenganku pelan. “Ini pertempuran pertamamu, aku yakin kau pasti bisa.”


“Bicara sih, gampang. Tapi apa kalian yakin?” tanyaku serius.


Suasana menjadi hening dengan atmosfer yang agak menegangkan.


Kuangkat kedua bahuku seraya berkata, “kalian yakin untuk membiarkanku memakai GINN? Bisa saja ‘kan aku berkhianat di tengah-tengah perang?” Kuusahakan nada bicaraku terdengar seperti sebuah candaan, namun sepertinya aku salah mengambil tindakan. Semua pasang mata yang ada di ruangan Komandan Rau menatapku dengan pandangan serius. Termasuk Dearka yang biasanya memasang wajah menyebalkan kini menatapku serius.


“Kalau seperti itu, aku terpaksa akan membunuhmu.”


Sekali lagi, Athrun berkata hal yang sama seperti saat di gua dulu.


Aku hanya tersenyum santai. “Tak ada pilihan lain selain menurut kalau begitu.”


“Sebenarnya siapa kau?” Pertanyaan itu berasal dari Dearka.


“Huh? Kenapa kau tanya begitu?” heranku. Laki-laki berambut pirang itu tak menjawab tapi tetap memandangku dengan wajah serius. Aku terdiam sebentar lalu mengepalkan kedua tanganku. ‘Apa aku harus bersumpah di hadapan mereka untuk membuat mereka percaya?’


“Sudahlah, sekarang kita bahas penyerangan yang akan ki—”


“—aku Caggy Yula, hanya seorang natural yang tak tahu harus ke mana lagi setelah semua orang yang kukenal tewas dalam perang ini.” Dengan sengaja kupotong ucapan Nicol. Aku tahu, ia bermaksud baik agar mereka—terutama Dearka—berhenti memojokkanku. Kutatap wajah Komandan Rau Le Crueset dengan pandangan serius. “Aku tidak masalah jika kalian masih meragukanku, tapi... aku akan berusaha untuk menuruti semua perintah dari atasan,” kataku lantang.


Untuk beberapa saat, pandanganku tak bisa beralih dari wajah Komandan Rau yang tiba-tiba menarik sedikit bibirnya ke atas. “Baiklah, itu janjimu, Caggy. Kau tak bisa melanggarnya,” katanya tenang seperti biasa.


‘Sejak kapan aku berjanji dengannya?’ gumamku dalam hati.


Kulihat Dearka menahan tawa. “Kenapa kau tertawa, Dearka?” ketusku.


“Ahaha, bukan apa-apa.”


“Tujuan kita sekarang yaitu menyerang Archangel karena saat ini mereka tengah keluar dari daerah teritorial ORB dan ber—”


“—maaf, apa tadi kata Komandan? Daerah teritorial ORB? Bukannya...” ucapanku terputus setelah mendapat pandangan menusuk dari seseorang yang ada di sampingku. Siapa lagi kalau bukan Yzak dan Athrun. “M-maaf atas kelancangan saya,” kataku sambil menunduk.


“Aku ingin menyembunyikan identitasmu sebagai warga ORB dari yang lainnya.”


“Kenapa?”


“Mungkin itu lebih baik.”


Dalam hati aku mengutuk perbuatanku yang secara spontan memotong pembicaraan. Padahal sejak awal, Athrun sudah menyuruhku untuk menutup mulut tentang identitasku sebagai warga ORB. Tapi entah kenapa perasaanku mengatakan untuk tidak ikut dalam pertempuran kali ini. Bukannya aku takut, hanya saja hatiku sakit. Mungkin saja ada tentara ORB yang masih hidup dan bertempur di pihak Bumi. Atau yang lebih parah, aku bertemu dengan‘nya’ dan saling membunuh...


“...Nicol serang Archangel dan FX-550 Skygrasper bersama Caggy, lalu Yzak, Dearka dan Athrun fokus pada GAT-X105 Strike Gundam. Ada yang keberatan? Caggy? Apa kau keberatan dengan rencana ini?”


“Eh?”


Yzak mendengus melihat sikapku. “Tak tahu sopan santun.”


Aku hanya melirik sekilas ke arahnya dan menunduk sedikit. “Saya akan berusaha dengan semaksimal mungkin,” ikrarku yang justru menyesakkan dada. Pada kenyataannya, aku harus melawan sesamaku secepat ini.


.

.

.


Aku tarik napasku sedalam mungkin lalu menghembuskannya lewat mulut. “Tenang, tenang. Ini hanya bagian drama yang sudah kau rencanakan, Caggy. Kau hanya berperan sebagai pemain pembantu, bukan sebagai pemeran utama di sini,” kataku pelan untuk menenangkanku dari pikiran negatif yang selalu berputar-putar di otakku. Perlahan kuaktifkan mesin MS GINN ZGMF-1017AS GINN Assault Type walau dengan tangan bergetar.


“Hoi, Caggy. Aku takkan memaafkanmu kalau kau mengganggu jalanku.”


Aku hanya mendengus kesal mendengar perkataan Yzak dari radio komunikasi.


‘Tak ada lagi yang harus dikhawatirkan, aku hanya akan melawan pihak OMNI yang juga menjadi pihak yang meghancurkan ORB. Bukankah ini salah satu dari rencana?’ Aku tersenyum kecil atau bisa dibilang menyeringai.


“Kali ini, kita tak bisa kalah lagi dari mereka. Kalian mengerti?”


Suara Athrun memenuhi gendang telingaku. “Hm,” sahutku.


Kututup kaca dari pengaman kepalaku setelah Athrun dan lainnya meluncur keluar kapal selam dengan Bozgoro-class yang kami gunakan sebagai markas selama perang di daerah laut. “GINN Assault Type. Caggy Yula. Meluncur!” seruku. GINN yang kupiloti pun meluncur ke atas didahului mesin yang modelnya seperti papan skate board untuk membantuku bertempur di atas udara, menuju medan perang yang sesungguhnya.


Dari kejauhan terlihat kapal yang kuketahui adalah Archangel-class milik Bumi. Di kedua sisi tempat peluncuran mobile suit, terlihat juga satu kapal model tipe FX-550 Skygrasper. Sebuah mobile suit sudah bersiap di tengah-tengah Archangel dengan senjata di tangannya.


Sing! Deg.


Aku terpaku sesaat setelah merasakan firasat aneh saat melihat mobile suit gundam itu.


‘Apa itu tadi? Kenapa rasanya seperti... Kira yang mengendarainya?’ tanyaku tidak yakin.


“Apa? Ada dua unit Skygrasper?” pekik Dearka di radio komunikasi.


Tiba-tiba asap keluar dari semua sisi Archangel, termasuk gundam tersebut. Sepertinya mereka akan menyerang kami dari balik asap. Dengan cepat aku meluncur mendekat setelah indera penglihatku menangkap dua unit Skygrasper keluar dari balik asap bersamaan dengan serangan Meriam Vulkan otomatis anti pesawat 75 mili atau disebut juga Igelstellung milik Archangel. “Sial!” seruku sambil menghindar lalu menembak dua unit itu dengan Beam Gun. Ternyata tembakanku meleset namun berhasil memisahkan mereka.


Kutembakkan lagi Beam Gun-ku ke arah Skygrasper yang berusaha untuk mendekati Skygrasper lainnya. Lalu dengan senapan dari Gatling Gun yang ada di kedua bahu GINN, berhasil mengenai sisi kanan Archangel walau aku tahu dampaknya tidak besar.


“Serangan yang bagus, tentara ilegal,” kata Yzak lewat radio komunikasi.


Sekilas aku melihat Duel dan Buster tengah melawan gundam milik Bumi.


Deg. ‘Perasaan ini lagi...’ Detak jantungku mendadak berdetak cepat melihat gundam itu diserang Yzak dan Dearka. “Lebih baik kau urus gundam itu dari pada memperhatikan caraku bertempur, Yzak!”


“Caggy! Di depanmu!”


Siiing!


Sebuah tembakan dari Skygrasper hampir mengenaiku kalau saja aku tidak menghindar ke samping. “Thanks, Nicol,” kataku pada Nicol yang sempat memperingatkanku.


“Aa! Lain kali kau harus fokus, Caggy.”


 “Ya.” Kuserang lagi kedua unit Skygrasper agar mereka terpisah lagi.


Kulihat Blitz gundam yang dikendarai Nicol tidak lagi menyerang Archangel dan meluncur mendekati gundam yang baru saja menjatuhkan Duel dan Buster. “Yzak, Dearka! Kalian tidak apa-apa?” tanyaku.


“Ahaha, tenang saja, kami baik-baik saja,” jawab Dearka sambil mendaratkan Buster ke sebuah daratan kecil.


“Nicol!” panggilku seraya menembaki gundam pihak Bumi itu untuk membantu Nicol.


Berhasil, gundam itu kena seranganku tepat di tangan kirinya.


Dengan sekali tembak, ia menyerang papan yang dipakai Blitz untuk melayang di udara dan sukses terjatuh. “Nicol!” Saat aku ingin menyelamatkan Nicol, beberapa tembakan dari Archangel dan Skygrasper menghalangi jalanku. Salah satu tembakannya berhasil mengenai papanku, terpaksa aku ikut mendarat di tempat Dearka dan lainnya. Bersamaan dengan itu, aku menembak salah satu Skygrasper yang selalu mengikuti Skygrasper lainnya dari belakang. Kulihat unit itu meluncur kembali ke Archangel karena tembakanku mengenai sayap kanannya. “S-sial!” kesalku setelah sukses mendarat di tanah.


Di kejauhan, terlihat Aegis tengah bertarung sengit dengan gundam yang ada di pihak Bumi. “Kenapa ragu? Sekarang aku tidak segan-segan untuk membunuhmu!” Terdengar suara Athrun di radio komunikasi. ‘Kenapa harus berkata begitu dengan musuh? Terdengar kalau kaulah yang sedang ragu, Athrun,’ kataku dalam hati.


“Athrun!”


Deg. Mendengar suara asing itu membuat jantungku berdetak kencang. “Siapa...?”


Tanpa sadar, kugerakan GINN untuk mendekat. Kedua mataku melotot begitu melihat gundam itu berhasil meninju wajah Aegis dan membuatnya terjatuh. Warna merah di tubuh Aegis kini menggelap karena aku yakin phase shift sudah tidak aktif lagi. ‘Kenapa di saat seperti itu malah...’ Tak lama kemudian seringaian kuperlihatkan. ‘Tapi baguslah, sebentar lagi anak dari Patrick Zala itu akan mati,’ kataku dalam hati setelah mengingat latar belakang Athrun.


Ya, ia adalah anak dari petinggi ZAFT bernama Patrick Zala.


Saat pedang yang dibawa gundam pihak Bumi itu terayun ke bawah, tiba-tiba Blitz yang ternyata ada di belakangku berlari mendekati mereka. “Nicol!” Aku berusaha untuk menghentikan gerakannya tapi ia menggunakan teknik transparan sehingga aku tak bisa melihatnya dan begitu sadar Nicol sudah bergerak untuk mengayunkan pedangnya ke bawah.


Namun gundam dari pihak Bumi itu sadar dan dengan cepat mengayunkan pedangnya ke samping sehingga mengenai daerah perut Blitz, tempat Nicol mengendalikan Blitz. “Athrun... lari...” Tiba-tiba dadaku terasa sesak mendengar suara Nicol di detik-detik terakhir hidupnya.


Siiiiing... DUAAAR!!!


Ledakan pun terjadi dari arah Blitz setelahnya.


“Nicol...” Tanpa kusadari air mata sudah menggenang di pelupuk mataku.


“NICOOOL!” Athrun berteriak kencang dari radio komunikasi.


“Nicol...” Terdengar suara lirih dari Dearka.


“Tidak mungkin...” Nada tak percaya dari Yzak membuatku terdiam. ‘Padahal Nicol orang yang baik, tapi kenapa harus terbunuh secepat ini?’ tanyaku dalam hati. Walau aku tersenyum penuh kemenangan karena salah satu pasukan elit berhasil terbunuh, tapi tak bisa kupungkiri kalau aku tidak terima bahwa Nicol-lah yang mati.


To Be Continued

NOTE : Fanfic ini asli punya saya yang pernah dipublish di FFn. Saya punya 2 pen name, yaitu Setsuko Mizuka (pairing:straight) dan Oto Ichiiyan (pairing:malexmale). ._. Bisa dibilang, Mizuka itu straight dan Ichiiyan itu diri saya yang ke arah Fujo. Masih gak ngerti? Yaudah... -_-o 

Tidak ada komentar: