Sabtu, 04 April 2015

[Gundam SEED/Destiny] Precious Rose 03

GUNDAM SEED/DESTINY © Masatsugu Iwase, Yohiyuki Tomino, Hajime Yatate © SUNRISE
  Rin Shouta 
Present
.
Precious Rose
Rate : T
Genre : Tragedy, Angst, War, etc.
Pairing : AsuCaga
Warning : First Canon, OOC, Typos, AU, GaJe, dsb.
.
Summary : ORB Union adalah tempat tinggalku. Namun sekarang yang tersisa hanya puing-puing. Bahkan aku tidak yakin ada yang bisa bertahan hidup setelah perang dahsyat antara Coordinator dan Natural yang terjadi di ORB. Andai aku berada di sana saat itu, mungkin aku bisa menyelamatkan mereka, walau tidak semua penduduk bisa kuselamatkan. Full of Cagalli's POV.
.
.
.
Chapter 3
Pilot of Strike Gundam




Aku berjalan terhuyung-huyung di belakang Dearka dan Yzak menuju ruang ganti. Sesampainya di ambang pintu, aku memilih untuk berhenti karena rasa sesak yang kudapatkan setelah melihat Nicol mati di depanku belum juga hilang.


“Sialan, sialan, sialan, sialan, sialan!”


BRAK! Sepertinya Yzak yang menimbulkan bunyi itu.


“Kenapa dia harus mati di tempat seperti ini, hah!?” teriak Yzak.


Perlahan kulangkahkan kakiku dan berhenti tepat di depan pintu. Brak! “Athrun...,” lirihku setelah melihat laki-laki berambut navy blue yang sudah memakai Red Uniform-nya itu mencekik leher Yzak sambil membenturkan punggung Yzak ke loker. “Katakan apapun yang kau mau! Ini semua salahku! Nicol berusaha untuk menyelamatkanku!” seru Athrun tepat di wajah Yzak. Aku... belum pernah melihatnya semarah ini.


Dearka tampak berusaha melerai. “Sudah cukup! Tidak ada gunanya kalian bertengkar sekarang! Seharusnya kita hancurkan Strike untuk membalas kematian Nicol!”


“Aku tahu itu!” sahut Yzak, nada emosinya masih terdengar. Ia menatap garang ke arah Athrun yang masih mencekik lehernya. “Miguel juga mati karena dia! Aku juga hampir mati dulu karena Strike! Lain kali, aku akan membunuhnya apa pun yang terjadi!” serunya seraya pergi.


“Yzak!” Dearka mengejar Yzak dan lari begitu saja melewatiku.


Aku menunduk dengan pandangan kosong ke arah lantai.


“Aku harus membalas kematian Nicol. Kalau bukan karena aku yang lemah, Nicol takkan mati. Aku... akan membunuhmu, Kira!” Mendengar nama ‘Kira’ disebut, sontak membuatku mendongak dan melihat sosok Athrun tengah menangis sambil mencengkeram seragam milik Nicol. ‘Jadi, benar dugaanku tadi? Kira adalah... pilot Strike gundam. Tapi kenapa dia harus berada di pihak Bumi!? Kenapa!?’


Lama aku terdiam memikirkannya, aku memilih untuk mendekati Athrun.


“Athrun...” Ia menengok ke arahku dengan wajah sembab lalu berbalik membelakangiku.


Tap, tap, tap. Perlahan kudekati laki-laki itu dan menepuk bahunya.


“Tidak apa-apa, Athrun. Tak apa-apa, menangislah sepuasmu,” lirihku sambil menunduk. Bisa kurasakan bahunya makin bergetar karena menahan isak tangisnya. ‘Ternyata seorang coordinator yang tak punya hati bisa menangis juga karena sahabat tercintanya mati? Ahaha, lucu sekali,’ kataku dalam hati. Tanpa terasa, sudut bibirku terangkat ke atas. ‘Tapi sekarang bukan waktunya untuk merayakan semua ini, aku harus mencari tahu tentang Strike dan pilot yang mengendarainya.’


.

.

.


Esok hari tepat saat matahari baru sebagian keluar dari peraduannya, tim Zala—termasuk aku—kembali menyerang Archangel untuk membalas kematian Nicol Amalfi. Kedua tanganku kembali bergetar saat GINN keluar dari kapal selam Bozgoro-class. Sejak awal, perasaanku tidak enak, terlebih setelah mengingat wajah mereka bertiga yang penuh tekad untuk melenyapkan Strike. Dan itu berarti, pilotnya yang kutahu adalah saudara kembaranku sendiri... sedang terancam. Walau aku masih tidak yakin, kalau Kira yang mengendarai Strike.


“Caggy, hancurkan Archangel dan Skygrasper.”


Suara memerintah dari Athrun kembali terngiang di benakku.


Drrrrrttt! Drrrrrrrrrttt!


Tiba-tiba dari atas Skygrasper menembakkan misilnya ke arahku. “Sial!” Secara reflek aku menghindar lalu menembaknya dengan Beam Gun dan meluncurkan roket ganda granat dari pergelangan tangan GINN ke arah Skygrasper itu. Namun gerakannya terlalu cepat, ia berhasil menghindar. Kemudian mataku melihat celah yang cukup besar untuk menyerang sisi kanan Archangel. Aku bersiap menembak tapi Skygrasper itu menghalangiku lagi.


“Apa yang kau lakukan, hah!? Cepat kau hancurkan Skygrasper itu!”


Suara lengkingan Yzak membuatku kesal. “BERISIK! KAU MENGGANGGUKU!” teriakku.


“...”


Setelah itu tak lagi terdengar suaranya, aku kembali mencari celah untuk menyerang Archangel dengan menembaki Skygrasper yang berusaha melindungi kapal pihak Bumi itu secara terus-menerus. Akhirnya aku berhasil menemukan titik celah itu dan bersiap menembak. Mendadak saat aku menembakkan M68 Pardus ke sisi kanan Archangel, serangan Helldart dan Igelstellung milik Archangel secara beruntun mengenaiku. Akibat tembakan itu, ruang kokpit jadi bercahaya merah. Alarm peringatan pun berbunyi. Hawa panas yang sempat kurasakan kini makin bertambah panas.


BYUUUR!


Layar di hadapanku memperlihatkan bahwa GINN sudah tercebur ke dalam laut.


Dengan segera kuaktifkan bom yang terpasang khusus di GINN lalu keluar dari kokpit setelah melihat Archangel berada di atasku. Satu menit kemudian, bom itu meledak dan membuatku terlempar beberapa ratus meter dari tempat awalku berada. Hampir saja punggungku menabrak karang kalau tidak buru-buru kutahan laju tubuhku.


“Puaaah!” Begitu sampai di permukaan, segera kulepas alat pelindung kepala yang menyesakkanku.


Aku menengok ke kanan dan ke kiri dengan napas terengah-engah.


Bibirku melengkung ke atas begitu melihat kapal Archangel milik pihak Bumi sudah mendarat di sebuah pulau tak bertuan dengan beberapa api yang cukup besar pada kedua sisinya. Tes, tes, tes. Kudongakkan kepalaku ke atas saat beberapa tetes air mengenai wajahku. “Hujan?” gumamku.


CTAAAR!


Suara petir yang tiba-tiba membuatku menutup mata.


Saat kubuka kembali mataku, dua buah mobile suit yang tengah bertempur tertangkap oleh indera penglihatanku walau samar-samar. Aku berusaha berenang mendekati pulau yang menjadi pendaratan darurat Archangel dan tempat bertempurnya kedua mobile suit tersebut. “A-aw...” Tiba-tiba tubuhku terasa perih dan sakit, terutama pada bagian perut. Aku menunduk untuk melihat apa yang terjadi pada tubuhku.


“Darah...”


Ya, ada darah yang mengelilingi tubuhku. Namun aku memilih kembali berenang.


“Aegis dan... Strike...” Sontak saja aku berhenti begitu menyadari identitas dari kedua mobile suit itu. Dari tempatku berada, aku bisa melihat Strike tengah terpojok dan Aegis bersiap untuk menembakkan Scylla Energy Cannon 580 mili miliknya ke arah Strike. Tapi belum sempat tembakan itu keluar, tubuh Aegis sudah berubah menjadi gelap. Entah aku harus bernapas lega atau malah khawatir melihatnya karena mungkin Athrun...


DUAAAR!


Sebuah ledakan terjadi kemudian dan membuatku berhenti bernapas.


“Athrun... KIRAAA!”


Sesuai dugaanku setelah melihat sosok Athrun yang keluar dari Aegis, ia memilih untuk membunuh Strike dan Kira dengan menggunakan Aegis yang sudah diaktifkan mesin semacam bom yang aktif dalam hitungan satu menit.


To Be Continued

NOTE : Fanfic ini asli punya saya yang pernah dipublish di FFn. Saya punya 2 pen name, yaitu Setsuko Mizuka (pairing:straight) dan Oto Ichiiyan (pairing:malexmale). ._. Bisa dibilang, Mizuka itu straight dan Ichiiyan itu diri saya yang ke arah Fujo. Masih gak ngerti? Yaudah... -_-o 
 

Tidak ada komentar: