GUNDAM SEED/DESTINY © Masatsugu Iwase, Yohiyuki Tomino, Hajime
Yatate © SUNRISE
Rin Shouta
Present
.
Precious Rose
Rate : T
Genre : Tragedy, Angst, War, etc.
Pairing :
AsuCaga
Warning :
First Canon, OOC, Typos, AU, GaJe, dsb.
.
Summary : ORB Union adalah
tempat tinggalku. Namun sekarang yang tersisa hanya puing-puing. Bahkan
aku tidak yakin ada yang bisa bertahan hidup setelah perang dahsyat
antara Coordinator dan Natural yang terjadi di ORB. Andai aku berada di
sana saat itu, mungkin aku bisa menyelamatkan mereka, walau tidak semua
penduduk bisa kuselamatkan. Full of Cagalli's POV.
.
.
.
Chapter 3
Pilot of Strike Gundam
Aku berjalan terhuyung-huyung di
belakang Dearka dan Yzak menuju ruang ganti. Sesampainya di ambang pintu, aku
memilih untuk berhenti karena rasa sesak yang kudapatkan setelah melihat Nicol
mati di depanku belum juga hilang.
“Sialan, sialan, sialan, sialan, sialan!”
BRAK! Sepertinya
Yzak yang menimbulkan bunyi itu.
“Kenapa dia harus mati di tempat seperti ini, hah!?” teriak
Yzak.
Perlahan kulangkahkan kakiku dan berhenti tepat di depan
pintu. Brak! “Athrun...,” lirihku
setelah melihat laki-laki berambut navy
blue yang sudah memakai Red Uniform-nya itu mencekik leher Yzak sambil
membenturkan punggung Yzak ke loker. “Katakan apapun yang kau mau! Ini semua
salahku! Nicol berusaha untuk menyelamatkanku!” seru Athrun tepat di wajah
Yzak. Aku... belum pernah melihatnya semarah ini.
Dearka tampak berusaha melerai. “Sudah cukup! Tidak ada
gunanya kalian bertengkar sekarang! Seharusnya kita hancurkan Strike untuk
membalas kematian Nicol!”
“Aku tahu itu!” sahut Yzak, nada emosinya masih terdengar.
Ia menatap garang ke arah Athrun yang masih mencekik lehernya. “Miguel juga
mati karena dia! Aku juga hampir mati dulu karena Strike! Lain kali, aku akan
membunuhnya apa pun yang terjadi!” serunya seraya pergi.
“Yzak!” Dearka mengejar Yzak dan lari begitu saja
melewatiku.
Aku menunduk dengan pandangan kosong ke arah lantai.
“Aku harus membalas kematian Nicol. Kalau bukan karena aku
yang lemah, Nicol takkan mati. Aku... akan membunuhmu, Kira!” Mendengar nama
‘Kira’ disebut, sontak membuatku mendongak dan melihat sosok Athrun tengah
menangis sambil mencengkeram seragam milik Nicol. ‘Jadi, benar dugaanku tadi? Kira adalah... pilot Strike gundam. Tapi
kenapa dia harus berada di pihak Bumi!? Kenapa!?’
Lama aku terdiam memikirkannya, aku memilih untuk mendekati
Athrun.
“Athrun...” Ia menengok ke arahku dengan wajah sembab lalu
berbalik membelakangiku.
Tap, tap, tap. Perlahan
kudekati laki-laki itu dan menepuk bahunya.
“Tidak apa-apa, Athrun. Tak apa-apa, menangislah sepuasmu,” lirihku
sambil menunduk. Bisa kurasakan bahunya makin bergetar karena menahan isak
tangisnya. ‘Ternyata seorang coordinator
yang tak punya hati bisa menangis juga karena sahabat tercintanya mati? Ahaha,
lucu sekali,’ kataku dalam hati. Tanpa terasa, sudut bibirku terangkat ke
atas. ‘Tapi sekarang bukan waktunya untuk
merayakan semua ini, aku harus mencari tahu tentang Strike dan pilot yang
mengendarainya.’
.
.
.
Esok hari tepat saat matahari baru sebagian keluar dari
peraduannya, tim Zala—termasuk aku—kembali menyerang Archangel untuk membalas kematian
Nicol Amalfi. Kedua tanganku kembali bergetar saat GINN keluar dari kapal selam
Bozgoro-class. Sejak awal, perasaanku
tidak enak, terlebih setelah mengingat wajah mereka bertiga yang penuh tekad
untuk melenyapkan Strike. Dan itu berarti, pilotnya yang kutahu adalah saudara
kembaranku sendiri... sedang terancam. Walau aku masih tidak yakin, kalau Kira
yang mengendarai Strike.
“Caggy, hancurkan Archangel dan Skygrasper.”
Suara memerintah dari Athrun kembali terngiang di benakku.
Drrrrrttt!
Drrrrrrrrrttt!
Tiba-tiba dari atas Skygrasper menembakkan misilnya ke
arahku. “Sial!” Secara reflek aku menghindar lalu menembaknya dengan Beam Gun
dan meluncurkan roket ganda granat dari pergelangan tangan GINN ke arah
Skygrasper itu. Namun gerakannya terlalu cepat, ia berhasil menghindar.
Kemudian mataku melihat celah yang cukup besar untuk menyerang sisi kanan
Archangel. Aku bersiap menembak tapi Skygrasper itu menghalangiku lagi.
“Apa yang kau lakukan, hah!? Cepat kau hancurkan Skygrasper
itu!”
Suara lengkingan Yzak membuatku kesal. “BERISIK! KAU
MENGGANGGUKU!” teriakku.
“...”
Setelah itu tak lagi terdengar suaranya, aku kembali mencari
celah untuk menyerang Archangel dengan menembaki Skygrasper yang berusaha
melindungi kapal pihak Bumi itu secara terus-menerus. Akhirnya aku berhasil
menemukan titik celah itu dan bersiap menembak. Mendadak saat aku menembakkan
M68 Pardus ke sisi kanan Archangel, serangan Helldart dan Igelstellung milik
Archangel secara beruntun mengenaiku. Akibat tembakan itu, ruang kokpit jadi
bercahaya merah. Alarm peringatan pun berbunyi. Hawa panas yang sempat
kurasakan kini makin bertambah panas.
BYUUUR!
Layar di hadapanku memperlihatkan bahwa GINN sudah tercebur
ke dalam laut.
Dengan segera kuaktifkan bom yang terpasang khusus di GINN
lalu keluar dari kokpit setelah melihat Archangel berada di atasku. Satu menit
kemudian, bom itu meledak dan membuatku terlempar beberapa ratus meter dari
tempat awalku berada. Hampir saja punggungku menabrak karang kalau tidak
buru-buru kutahan laju tubuhku.
“Puaaah!” Begitu sampai di permukaan, segera kulepas alat
pelindung kepala yang menyesakkanku.
Aku menengok ke kanan dan ke kiri dengan napas
terengah-engah.
Bibirku melengkung ke atas begitu melihat kapal Archangel
milik pihak Bumi sudah mendarat di sebuah pulau tak bertuan dengan beberapa api
yang cukup besar pada kedua sisinya. Tes,
tes, tes. Kudongakkan kepalaku ke atas saat beberapa tetes air mengenai
wajahku. “Hujan?” gumamku.
CTAAAR!
Suara petir yang tiba-tiba membuatku menutup mata.
Saat kubuka kembali mataku, dua buah mobile suit yang tengah
bertempur tertangkap oleh indera penglihatanku walau samar-samar. Aku berusaha
berenang mendekati pulau yang menjadi pendaratan darurat Archangel dan tempat
bertempurnya kedua mobile suit tersebut. “A-aw...” Tiba-tiba tubuhku terasa
perih dan sakit, terutama pada bagian perut. Aku menunduk untuk melihat apa
yang terjadi pada tubuhku.
“Darah...”
Ya, ada darah yang mengelilingi tubuhku. Namun aku memilih
kembali berenang.
“Aegis dan... Strike...” Sontak saja aku berhenti begitu
menyadari identitas dari kedua mobile suit itu. Dari tempatku berada, aku bisa
melihat Strike tengah terpojok dan Aegis bersiap untuk menembakkan Scylla
Energy Cannon 580 mili miliknya ke arah Strike. Tapi belum sempat tembakan itu
keluar, tubuh Aegis sudah berubah menjadi gelap. Entah aku harus bernapas lega
atau malah khawatir melihatnya karena mungkin Athrun...
DUAAAR!
Sebuah ledakan terjadi kemudian dan membuatku berhenti
bernapas.
“Athrun... KIRAAA!”
Sesuai dugaanku setelah melihat sosok Athrun yang keluar
dari Aegis, ia memilih untuk membunuh Strike dan Kira dengan menggunakan Aegis
yang sudah diaktifkan mesin semacam bom yang aktif dalam hitungan satu menit.
To Be Continued
NOTE : Fanfic ini asli punya saya yang pernah dipublish di
FFn. Saya punya 2 pen name, yaitu Setsuko Mizuka (pairing:straight) dan
Oto Ichiiyan (pairing:malexmale). ._. Bisa dibilang, Mizuka itu
straight dan Ichiiyan itu diri saya yang ke arah Fujo. Masih gak ngerti?
Yaudah... -_-o
Tidak ada komentar:
Posting Komentar