Kamis, 11 Juni 2015

[Gundam SEED/Destiny] Precious Rose 06


GUNDAM SEED/DESTINY © Masatsugu Iwase, Yohiyuki Tomino, Hajime Yatate © SUNRISE
  Rin Shouta 
Present
.
Precious Rose
Rate : T
Genre : Tragedy, Angst, War, etc.
Pairing : AsuCaga
Warning : First Canon, OOC, Typos, AU, GaJe, dsb.
.
Summary : ORB Union adalah tempat tinggalku. Namun sekarang yang tersisa hanya puing-puing. Bahkan aku tidak yakin ada yang bisa bertahan hidup setelah perang dahsyat antara Coordinator dan Natural yang terjadi di ORB. Andai aku berada di sana saat itu, mungkin aku bisa menyelamatkan mereka, walau tidak semua penduduk bisa kuselamatkan. Full of Cagalli's POV.
.
.
.
Chapter 6
Finally We Meet



Aku terus menunduk saat di dalam pesawat yang mengantarkanku dan Athrun ke PLANT. Masih teringat dengan jelas di benakku tentang kejadian pagi tadi. Sebelum kami pergi, kami bertemu dengan Yzak di koridor. Dari wajah dan sorot matanya, aku tahu ia kecewa. Kecewa dan iri karena bukan dirinya yang mendapatkan Nebula Medal itu, melainkan Athrun.

Setelah kucari info tentangnya, aku mendapat kesimpulan bahwa medali tersebut merupakan tanda kehormatan atas jasanya yang ia berikan untuk PLANT. Tapi yang membuatku kepikiran adalah kenapa tatapan itu malah tertuju padaku?

“Caggy? Tumben, hari ini banyak diam?”

“Huh? Apa?” Aku menengok ke samping kanan dan terdiam.

Bukan hanya aku yang terdiam, tapi sosok laki-laki di sampingku juga tak bergerak sama sekali. Berkedip pun tidak. Tatapan intensnya membuatku gugup seketika. Perlahan aku menunduk lalu berpaling menatap ke arah yang lain. Tak lama kemudian, suara bisikan terdengar di telingaku.

“Tetaplah di sisiku, Caggy.”

.
.
.

Kedua tanganku menggenggam erat pistol revolver setelah ingat kejadian di pesawat.

‘Apa... maksud perkataannya tadi?’ Dengan segera kutepis ingatan itu dan fokus pada rencana yang sudah kuatur semalam. Aku mengintip sedikit sebelum berjalan mendekati sebuah pintu yang hanya bisa dibuka dengan kartu khusus. Di belakangku terlihat jelas dua orang penjaga pintu sudah tergeletak dengan mata tertutup.

Kutatap pintu berlapis baja di hadapanku sambil mengeluarkan sebuah alat yang menyerupai sebuah remot dan sudah kurancang untuk membuka pintu ini semalam. ‘Mudah-mudahan alat ini bekerja dengan baik,’ harapku seraya menggesek kedua kartu yang kudapat dari penjaga pintu ke atas alat buatanku.

Aku tak pernah berpikir tentang namanya, yang pasti alat ini sangat berguna untuk membuka pintu khusus yang hanya terbuka jika menggesek dua kartu sekaligus secara bersamaan. Setelah kuatur nomor dan identitas dari penjaga itu, aku juga mengatur waktunya karena alat ini juga bisa digunakan dengan pintu yang akan terbuka jika ada renggang waktu saat menggesek kartu identitas penjaganya. Begitu selesai dengan semua pengaturan, segera kucolokkan tali penghantar listrik ke alat penggesek kartu identitas tersebut.

“1... 2... 3!” Kutekan tombol merah yang ada di tengah-tengah alat buatanku itu.

Akhirnya bisa dibuka!

Dengan gerakan waspada aku masuk ke dalamnya. Namun baru tiga kali melangkah, dua benda berukuran raksasa membuatku terpaku. “Freedom... Justice...” Ya, kedua robot yang ingin kulenyapkan kini sudah berada di hadapanku. Jika semua robot yang ada di dunia bisa dihancurkan, pasti takkan terjadi seperti ini.

Perlahan kuarahkan moncong pistolku ke kepala gundam yang kuyakini adalah Freedom.

“Lenyaplah kalian!” desisku.

Ara, ara. Ternyata ada penyusup yang datang ke sini?”

Mendengar ada orang lain di sekitarku membuatku menodongkan pistol ke arahnya. “Siapa!?”

Kulihat ada sepasang manusia berjalan mendekatiku. Mataku menatap tajam ke arah gadis yang dengan santainya terus berjalan mendekat. Ia juga tersenyum ramah padaku. ‘Sepertinya ada yang salah di sini,’ kataku dalam hati seraya berjalan mundur perlahan.

“Tenanglah, aku takkan menangkapmu, Caggy Yula-san,” katanya.

“Huh? Dari mana...”

Ia mengangguk sedikit. “Kau lumayan terkenal di ZAFT, Caggy. Sebelumnya perkenalkan, namaku Lacus Clyne.”

Sekarang aku baru ingat, dia... adalah anak dari salah satu Petinggi ZAFT, Siegel Clyne. Dengan cepat kutaruh kembali pistolku ke tempatnya semula. “Maaf atas kelancangan saya. Saya siap menerima hukuman dari Anda, Lacus-sama.” Akting. Lagi-lagi aku berakting dengan sempurna, kurasa.

“Kau... gadis yang waktu itu ada di Heliopolis, kan?”

Kudongakkan kepalaku dan menatap laki-laki berambut coklat dan berseragam sama denganku. Deg! Jantungku berdetak cepat seperti saat itu lagi. “Kau... siapa? Kenapa bisa pakai seragam itu?” tanyaku dengan susah payah.

Lacus tersenyum padaku. “Tenang, Kira hanya menyamar jadi tentara ZAFT sekarang.”

“Ki...ra.” Tubuhku benar-benar lemas di saat itu juga.

‘Akhirnya... aku bertemu dengan kembaranku...’

Tanpa sadar, sebuah senyuman bahagia mengembang di wajahku. “Angkat tanganmu!” Teriakan dari seseorang yang ada di belakangku membuat napasku berhenti seraya melirik ke sumber suara. Sekilas aku melihat Kira yang memperhatikanku dengan intens sebelum aku melirik ke belakang. Lacus juga terlihat panik karena petugas penjaga menodongkan pistolnya ke arahku. ‘Tenang, tenang. Saat hitungan ketiga, kau harus berbalik dan menembaknya lalu pergi melarikan diri,’ kataku dalam hati.

‘1...

“T-tunggu, aku bisa menjelaskannya!” seru Lacus.

2...

“Maaf, Lacus-sama. Dia sudah melanggar aturan untuk tidak memasuki tempat ini.”

3...’ Set! DOR! Aku berhasil mengenai tangan si penjaga itu dan menjatuhkan pistolnya. Namun aku salah, bukan hanya satu tapi ada tiga penjaga. Dengan cepat aku berlari menerjang Kira dan Lacus lalu keluar ruangan. Saat aku ingin berbelok ke kiri, ternyata sudah ada satu penjaga tengah menodongkan pistol ke arahku.

Dor! Aku menembaknya dan berhasil membuat pistolnya terjatuh.

“Hei! Tunggu!”

Mendengar suara teriakan itu, aku langsung mengambil jalur kanan.

DOR! DOR!

“A-a...” Keseimbangan tubuhku goyah dalam hitungan detik ketika rasa panas dari kaki kananku menjalar ke seluruh tubuh. Satu, tidak! Dua peluru sekaligus menancap di kakiku. ‘Aku tidak bisa mati di sini, aku harus kabur dan mencari tempat yang aman!’ Aku berusaha untuk kabur namun... DOR! Lagi-lagi peluru menancap kaki kananku. Senyum tipis muncul di wajahku, “setidaknya... hanya kaki kananku yang... kena.”

Kegelapan menguasai pandanganku setelahnya.


To Be Continued

NOTE : Fanfic ini asli punya saya yang pernah dipublish di FFn. Saya punya 2 pen name, yaitu Setsuko Mizuka (pairing:straight) dan Oto Ichiiyan (pairing:malexmale). ._. Bisa dibilang, Mizuka itu straight dan Ichiiyan itu diri saya yang ke arah Fujo. Masih gak ngerti? Yaudah... -_-o

Tidak ada komentar: