Rabu, 13 Mei 2015

[Gundam SEED/Destiny] Precious Rose 05


GUNDAM SEED/DESTINY © Masatsugu Iwase, Yohiyuki Tomino, Hajime Yatate © SUNRISE
  Rin Shouta 
Present
.
Precious Rose
Rate : T
Genre : Tragedy, Angst, War, etc.
Pairing : AsuCaga
Warning : First Canon, OOC, Typos, AU, GaJe, dsb.
.
Summary : ORB Union adalah tempat tinggalku. Namun sekarang yang tersisa hanya puing-puing. Bahkan aku tidak yakin ada yang bisa bertahan hidup setelah perang dahsyat antara Coordinator dan Natural yang terjadi di ORB. Andai aku berada di sana saat itu, mungkin aku bisa menyelamatkan mereka, walau tidak semua penduduk bisa kuselamatkan. Full of Cagalli's POV.
.
.
.
Chapter 5
Good Chance




Hari sudah larut malam saat aku selesai membantu para mekanis memperbaiki mobile suit yang rusak. Terutama mobile suit ZGMF-1017AS GINN Assault Type baru yang diberikan padaku lagi pagi ini. Aku merapikan sedikit Red Uniform-ku setelah mencuci wajah dan tangan di kamar mandi. Setelah ini aku berniat untuk menjenguk Kapten Zala.


Tap. Aku terdiam sebentar tepat di meja administrasi.


“Kenapa... aku terlalu rajin untuk menjenguknya walau sudah malam begini?” gumamku.


“Tentu saja karena Athrun Zala-san adalah Kaptenmu, Caggy-san.”


Reflek aku menengok ke belakang lalu bernapas lega. “Kau mengagetiku, Michele-san.” Aku tersenyum ramah pada suster Michele Lornnad yang kutahu adalah penanggungjawab dari ruang rawat Athrun. “Mungkin... begitu, ahaha,” kataku menyetujui perkatannya seraya menggaruk-garuk pipi kananku. Kulihat ia agak kesusahan dengan dua nampan yang dibawanya. “Sepertinya kau kerepotan dengan dua nampan itu, Michele-san,” kataku lagi.


“Aa, iya sih. Apa kau mau membantuku?” tanyanya.


“Boleh.” Aku kembali tersenyum. “Aku harus mengantarnya ke mana?”


“Ke ruang rawat Kaptenmu saja, sekalian kau menjenguknya.”


“O-oh, oke.”


Selama perjalananku menuju kamar rawat Athrun, aku terus berpikir tentang data yang kudapat kemarin malam. Tentang dua buah unit baru yang baru saja selesai dibuat bernama ZGMF-X09A Justice Gundam dan ZGMF-X10A Freedom Gundam. Gigiku bergemeletuk karena kesal tidak bisa membuka password untuk membuka datanya.


“Bagaimana keadaanmu, Athrun? Sudah membaik?”


‘Suara ini...’ Dengan langkah menjinjit aku mendekati ruang rawat Athrun.


Terlihat Kapten Rau tengah berdiri di sana. “Maaf, baru bisa menjengukmu hari ini.”


“Tidak apa-apa, terima kasih atas kunjungannya, Kapten,” katanya sambil menunduk.


“Sebenarnya ada yang ingin kusampaikan padamu, Athrun.” Mendengar hal itu langsung membuatku menempelkan telinga ke daun pintu. “Kau akan dijemput pesawat Nasional PLANT untuk penerimaan Nebula Medal.”


‘Nebula Medal? Apa itu?’


“Aku... tapi...”


“Kau adalah seorang Penembak Terbaik di ZAFT, tapi mungkin posisimu bisa diambil alih oleh gadis natural itu jika kau tak mempertahankan prestasimu.”


‘Huh? Penembak Terbaik? Apa itu karena Athrun berhasil membunuh Strike?’


“Tapi mana mungkin aku... Aku tidak berhak menerimanya.”


“Kau memang benar-benar anak dari Patrick Zala, kau mewarisi kehebatannya, Athrun.”


“...”


“Kau sudah dengar ‘kan bahwa ayahmu diangkat menjadi Pemimpin PLANT?”


Hampir saja aku menjatuhkan nampan yang kupegang setelah mendengar perkataan Kapten Rau. ‘Ini tak bisa dibiarkan, kalau Patrick Zala yang menjadi pemimpin PLANT...’ Mimpi buruk yang menghantuiku lusa kemarin kembali terekam dengan jelas. Di sana perang antara natural dan coordinator secara besar-besaran terjadi di mana-mana. Banyak para natural tewas di tangan coordinator, belum lagi ada sebuah rencana dari Patrick Zala untuk menghancurkan Bumi dengan alat yang sudah lama ia buat.


Cklek. Karena terlalu sibuk dengan pikiranku, aku sampai tak sadar Kapten Rau sudah berdiri di hadapanku sambil tersenyum ramah seperti biasanya. “Caggy, kau membawakan makan malam untuk Athrun? Memang ke mana suster penjaga?” tanya Kapten Rau.


Dengan kelabakan tangan kanan kuangkat, bermaksud untuk hormat. “Malam, Kapten Rau.”


“Jadi?”


Aku tersenyum. “Aku hanya membantu Michele-san membawanya sekalian menjenguk.”


Tiba-tiba ia mengacak-acak rambutku dengan lembut. Aku hanya menatapnya heran tanpa menghilangkan senyum tipis yang kubuat-buat. “Beruntungnya Athrun punya anggota pasukan sepertimu, Caggy.” Setelah itu ia pergi dari hadapanku.


‘Huh? Beruntung?’ Kedua mataku terus memandang kepergiannya sampai sosoknya benar-benar tak terlihat lagi. Tanpa kusadari sedari tadi aku terus menggenggam sebuah kalung yang baru kupakai hari ini setelah terakhir kali kupakai saat aku bertemu dengan Athrun. Gengggamanku menguat karena aura mengerikan yang dikeluarkan Kapten Rau semakin besar. Ya, sejak awal aku merasakan aura buruk dari tubuhnya.


“Caggy? Apa yang kau lakukan di luar ruanganku?”


Aku menengok ke sumber suara dan terlihat sosok Athrun di ambang pintu. “Kau mau ke mana? Kau sedang sakit, Kapten Zala,” kataku mengingatkan.


“Hm? Tumben kau perhatian padaku.”


“Huh? Lalu siapa lagi kalau bukan aku yang perhatian padamu?”


Kulihat alisnya terangkat sebelah. “Maksudmu?”


“Buster menghilang saat terakhir kita bertempur dan Yzak, kau yakin dia akan perhatian padamu? Sikapnya saja selalu membuatmu naik darah, iya ‘kan?” Dalam benakku tercetak dengan jelas sosok Yzak tengah berada di posisiku, mengantarkan makan malam lalu menunggu Athrun sampai ia tertidur seperti yang kulakukan. Tanpa sadar aku menahan tawa karena imajinasiku sendiri. Imajinasiku makin menggila ketika sosok Yzak memakai baju maid sambil menatap Athrun dengan penuh kecemasan. “Hmmph, hmmph. Ahaha!” Akhirnya tawaku meledak di saat itu juga.


“Hei, apa yang kau tertawakan, Caggy?” tanya Athrun heran.


“Ahahaha! T-tidak apa-apa, ahaha. Adududuh, perutku sakit karena banyak tertawa, ahaha.”


“Huh?” Kulihat ia juga ikut tertawa beberapa detik kemudian.


Sekarang giliran diriku yang heran. “Kenapa kau juga ikut tertawa?”


“Hm? Memang tidak boleh?” tanyanya sambil menaruh sikut tangan kanannya ke tiang pintu. Kali ini Athrun tersenyum padaku. Sebelumnya aku tak pernah melihat senyum itu di wajahnya. Senyum bahagia, mungkin?


“Sudah cukup tertawanya, sekarang waktumu makan malam lalu minum obat, Kapten.”


.

.

.


Hening melanda kami saat Athrun tengah memakan makan malamnya. Aku sendiri memilih untuk diam sambil memperhatikan langit malam dari jendela. Angin malam perlahan menggoyangkan rambut pirangku. “Kenapa kau membuka jendela ini, Kapten?” tanyaku seraya berbalik. Kulihat ia sudah selesai makan malam walau masih ada sedikit sisanya di piring.


“Aku suka angin malam.”


“Oh.” Aku kembali menatap langit yang bertaburan bintang. ‘Entah kenapa terasa damai...’


“Caggy, aku ingin menanyakan sesuatu padamu.”


Kulirik sebentar ke belakang tanpa ada niat untuk membalikkan badan. “Apa itu, Kapten?”


“Apa kau mau ikut denganku ke PLANT besok?”


Mendengar pertanyaan atau lebih tepatnya ajakan seperti itu, tentu saja aku langsung berbalik untuk meyakinkan diriku. “Kau...” Aku tak bisa berkata-kata lagi begitu melihat wajah seriusnya. ‘Aku bahkan belum bertanya apa pun tentang hal itu, tapi dia sudah mengajakku duluan. Kenapa?’ Tanpa sadar aku menunduk lalu kembali membelakanginya. Senyum tipis mengembang di wajahku. ‘Apa rencanaku sudah termasuk berhasil?’ Kutengokkan kepalaku ke belakang. “Kenapa? Apa kau takut kehilanganku kalau aku tetap di sini?” tanyaku, bermaksud untuk bercanda.


Namun ia tak menjawab apa pun. Sorot matanya menegaskan bahwa ia serius.


“Baiklah, aku hanya bisa menuruti perintah atasanku, bukan?”


“Aku tak menyuruhmu, kau bebas memilih,” kata Athrun lagi.


Aku berbalik dan berjalan mendekatinya sambil melepas kalung yang ada di leherku. “Aku akan ikut denganmu, tapi apa bisa aku menitipkan ini padamu?” Sebuah senyuman menghiasi wajahku dan ini bukan dibuat-buat. “Aku bisa bertahan hidup sampai sekarang karena kalung Haumea yang kudapat dari penduduk Alaska.”


Ia tersenyum lagi. “Aku akan menjaganya untukmu.”

To Be Continued

NOTE : Fanfic ini asli punya saya yang pernah dipublish di FFn. Saya punya 2 pen name, yaitu Setsuko Mizuka (pairing:straight) dan Oto Ichiiyan (pairing:malexmale). ._. Bisa dibilang, Mizuka itu straight dan Ichiiyan itu diri saya yang ke arah Fujo. Masih gak ngerti? Yaudah... -_-o 

Tidak ada komentar: