Rin Shouta
Present
.
Precious Rose
Rate : T
Genre : Tragedy, Angst, War, etc.
Pairing :
AsuCaga
Warning :
First Canon, OOC, Typos, AU, GaJe, dsb.
.
Summary : ORB Union adalah
tempat tinggalku. Namun sekarang yang tersisa hanya puing-puing. Bahkan
aku tidak yakin ada yang bisa bertahan hidup setelah perang dahsyat
antara Coordinator dan Natural yang terjadi di ORB. Andai aku berada di
sana saat itu, mungkin aku bisa menyelamatkan mereka, walau tidak semua
penduduk bisa kuselamatkan. Full of Cagalli's POV.
.
.
.
Chapter 5
Good Chance
Hari sudah larut malam saat aku
selesai membantu para mekanis memperbaiki mobile suit yang rusak. Terutama mobile
suit ZGMF-1017AS GINN Assault Type baru yang diberikan
padaku lagi pagi ini. Aku merapikan sedikit Red Uniform-ku setelah mencuci
wajah dan tangan di kamar mandi. Setelah ini aku berniat untuk menjenguk Kapten
Zala.
Tap. Aku terdiam
sebentar tepat di meja administrasi.
“Kenapa... aku terlalu rajin untuk menjenguknya walau sudah
malam begini?” gumamku.
“Tentu saja karena Athrun Zala-san adalah Kaptenmu, Caggy-san.”
Reflek aku menengok ke belakang lalu bernapas lega. “Kau
mengagetiku, Michele-san.” Aku
tersenyum ramah pada suster Michele Lornnad yang kutahu adalah penanggungjawab
dari ruang rawat Athrun. “Mungkin... begitu, ahaha,” kataku menyetujui
perkatannya seraya menggaruk-garuk pipi kananku. Kulihat ia agak kesusahan
dengan dua nampan yang dibawanya. “Sepertinya kau kerepotan dengan dua nampan
itu, Michele-san,” kataku lagi.
“Aa, iya sih. Apa kau mau membantuku?” tanyanya.
“Boleh.” Aku kembali tersenyum. “Aku harus mengantarnya ke
mana?”
“Ke ruang rawat Kaptenmu saja, sekalian kau menjenguknya.”
“O-oh, oke.”
Selama perjalananku menuju kamar rawat Athrun, aku terus
berpikir tentang data yang kudapat kemarin malam. Tentang dua buah unit baru
yang baru saja selesai dibuat bernama ZGMF-X09A Justice Gundam dan ZGMF-X10A Freedom Gundam. Gigiku
bergemeletuk karena kesal tidak bisa membuka password untuk membuka datanya.
“Bagaimana keadaanmu, Athrun? Sudah membaik?”
‘Suara ini...’ Dengan
langkah menjinjit aku mendekati ruang rawat Athrun.
Terlihat Kapten Rau tengah berdiri di sana. “Maaf, baru bisa
menjengukmu hari ini.”
“Tidak apa-apa, terima kasih atas kunjungannya, Kapten,”
katanya sambil menunduk.
“Sebenarnya ada yang ingin kusampaikan padamu, Athrun.” Mendengar
hal itu langsung membuatku menempelkan telinga ke daun pintu. “Kau akan
dijemput pesawat Nasional PLANT untuk penerimaan Nebula Medal.”
‘Nebula Medal? Apa
itu?’
“Aku... tapi...”
“Kau adalah seorang Penembak Terbaik di ZAFT, tapi mungkin
posisimu bisa diambil alih oleh gadis natural itu jika kau tak mempertahankan
prestasimu.”
‘Huh? Penembak
Terbaik? Apa itu karena Athrun berhasil membunuh Strike?’
“Tapi mana mungkin aku... Aku tidak berhak menerimanya.”
“Kau memang benar-benar anak dari Patrick Zala, kau mewarisi
kehebatannya, Athrun.”
“...”
“Kau sudah dengar ‘kan bahwa ayahmu diangkat menjadi
Pemimpin PLANT?”
Hampir saja aku menjatuhkan nampan yang kupegang setelah
mendengar perkataan Kapten Rau. ‘Ini tak
bisa dibiarkan, kalau Patrick Zala yang menjadi pemimpin PLANT...’ Mimpi
buruk yang menghantuiku lusa kemarin kembali terekam dengan jelas. Di sana
perang antara natural dan coordinator secara besar-besaran terjadi di
mana-mana. Banyak para natural tewas di tangan coordinator, belum lagi ada
sebuah rencana dari Patrick Zala untuk menghancurkan Bumi dengan alat yang
sudah lama ia buat.
Cklek. Karena
terlalu sibuk dengan pikiranku, aku sampai tak sadar Kapten Rau sudah berdiri
di hadapanku sambil tersenyum ramah seperti biasanya. “Caggy, kau membawakan
makan malam untuk Athrun? Memang ke mana suster penjaga?” tanya Kapten Rau.
Dengan kelabakan tangan kanan kuangkat, bermaksud untuk
hormat. “Malam, Kapten Rau.”
“Jadi?”
Aku tersenyum. “Aku hanya membantu Michele-san membawanya sekalian menjenguk.”
Tiba-tiba ia mengacak-acak rambutku dengan lembut. Aku hanya
menatapnya heran tanpa menghilangkan senyum tipis yang kubuat-buat.
“Beruntungnya Athrun punya anggota pasukan sepertimu, Caggy.” Setelah itu ia
pergi dari hadapanku.
‘Huh? Beruntung?’ Kedua
mataku terus memandang kepergiannya sampai sosoknya benar-benar tak terlihat
lagi. Tanpa kusadari sedari tadi aku terus menggenggam sebuah kalung yang baru
kupakai hari ini setelah terakhir kali kupakai saat aku bertemu dengan Athrun.
Gengggamanku menguat karena aura mengerikan yang dikeluarkan Kapten Rau semakin
besar. Ya, sejak awal aku merasakan aura buruk dari tubuhnya.
“Caggy? Apa yang kau lakukan di luar ruanganku?”
Aku menengok ke sumber suara dan terlihat sosok Athrun di
ambang pintu. “Kau mau ke mana? Kau sedang sakit, Kapten Zala,” kataku
mengingatkan.
“Hm? Tumben kau perhatian padaku.”
“Huh? Lalu siapa lagi kalau bukan aku yang perhatian
padamu?”
Kulihat alisnya terangkat sebelah. “Maksudmu?”
“Buster menghilang saat terakhir kita bertempur dan Yzak,
kau yakin dia akan perhatian padamu? Sikapnya saja selalu membuatmu naik darah,
iya ‘kan?” Dalam benakku tercetak dengan jelas sosok Yzak tengah berada di
posisiku, mengantarkan makan malam lalu menunggu Athrun sampai ia tertidur
seperti yang kulakukan. Tanpa sadar aku menahan tawa karena imajinasiku
sendiri. Imajinasiku makin menggila ketika sosok Yzak memakai baju maid sambil menatap Athrun dengan penuh
kecemasan. “Hmmph, hmmph. Ahaha!” Akhirnya tawaku meledak di saat itu juga.
“Hei, apa yang kau tertawakan, Caggy?” tanya Athrun heran.
“Ahahaha! T-tidak apa-apa, ahaha. Adududuh, perutku sakit
karena banyak tertawa, ahaha.”
“Huh?” Kulihat ia juga ikut tertawa beberapa detik kemudian.
Sekarang giliran diriku yang heran. “Kenapa kau juga ikut
tertawa?”
“Hm? Memang tidak boleh?” tanyanya sambil menaruh sikut
tangan kanannya ke tiang pintu. Kali ini Athrun tersenyum padaku. Sebelumnya
aku tak pernah melihat senyum itu di wajahnya. Senyum bahagia, mungkin?
“Sudah cukup tertawanya, sekarang waktumu makan malam lalu minum
obat, Kapten.”
.
.
.
Hening melanda kami saat Athrun tengah memakan makan
malamnya. Aku sendiri memilih untuk diam sambil memperhatikan langit malam dari
jendela. Angin malam perlahan menggoyangkan rambut pirangku. “Kenapa kau
membuka jendela ini, Kapten?” tanyaku seraya berbalik. Kulihat ia sudah selesai
makan malam walau masih ada sedikit sisanya di piring.
“Aku suka angin malam.”
“Oh.” Aku kembali menatap langit yang bertaburan bintang. ‘Entah kenapa terasa damai...’
“Caggy, aku ingin menanyakan sesuatu padamu.”
Kulirik sebentar ke belakang tanpa ada niat untuk
membalikkan badan. “Apa itu, Kapten?”
“Apa kau mau ikut denganku ke PLANT besok?”
Mendengar pertanyaan atau lebih tepatnya ajakan seperti itu,
tentu saja aku langsung berbalik untuk meyakinkan diriku. “Kau...” Aku tak bisa
berkata-kata lagi begitu melihat wajah seriusnya. ‘Aku bahkan belum bertanya apa pun tentang hal itu, tapi dia sudah
mengajakku duluan. Kenapa?’ Tanpa sadar aku menunduk lalu kembali
membelakanginya. Senyum tipis mengembang di wajahku. ‘Apa rencanaku sudah termasuk berhasil?’ Kutengokkan kepalaku ke
belakang. “Kenapa? Apa kau takut kehilanganku kalau aku tetap di sini?”
tanyaku, bermaksud untuk bercanda.
Namun ia tak menjawab apa pun. Sorot matanya menegaskan
bahwa ia serius.
“Baiklah, aku hanya bisa menuruti perintah atasanku, bukan?”
“Aku tak menyuruhmu, kau bebas memilih,” kata Athrun lagi.
Aku berbalik dan berjalan mendekatinya sambil melepas kalung
yang ada di leherku. “Aku akan ikut denganmu, tapi apa bisa aku menitipkan ini
padamu?” Sebuah senyuman menghiasi wajahku dan ini bukan dibuat-buat. “Aku bisa
bertahan hidup sampai sekarang karena kalung Haumea yang kudapat dari penduduk
Alaska.”
Ia tersenyum lagi. “Aku akan menjaganya untukmu.”
To Be Continued
NOTE : Fanfic ini asli punya saya yang pernah dipublish di
FFn. Saya punya 2 pen name, yaitu Setsuko Mizuka (pairing:straight) dan
Oto Ichiiyan (pairing:malexmale). ._. Bisa dibilang, Mizuka itu
straight dan Ichiiyan itu diri saya yang ke arah Fujo. Masih gak ngerti?
Yaudah... -_-o
Tidak ada komentar:
Posting Komentar