Title
: Special Morning
Author : Rin Shouta
Rating : T
Genre : Fluffy Romance
Language : Bahasa Indonesia
Pairing : YutoYama / YamaJima / Nakajima
Yuto x Yamada Ryosuke (BL)
Disclaimer : Members HSJ from Johnny
Entertainment. This fanfic is mine.
Warning : Please, use your imagination! OOC, typos, etc! One Shot! My first YutoYama fanfic~ Douzo~
Summary : —
Nakajima
Yuto perlahan membuka kedua matanya. Ia mengerang pelan begitu sadar kalau
dirinya hanya sendirian di atas kasur king
size. Tangan kanannya mengusap kedua mata yang agak susah dibuka. Yuto
bangun dari posisi tidurnya lalu menyadari pintu kaca balkon sudah terbuka.
Bola mata hitamnya bergerak ke samping, melihat angka pada jam digital di atas
nakas. 04:45. Itu berarti ia baru tidur sekitar tiga jam.
Sekali
lagi Yuto memandangi pintu kaca balkon yang terbuka. Otaknya masih dalam
keadaan proses ketika mata itu bergulir ke sisi kasur yang sudah kosong.
Mestinya ada sosok lain tengah tertidur lelap di sana. Hmmm...
“Ryo-chan...?”
Bisikan
lirih pemuda itu dibalas oleh keheningan.
Tubuh
Yuto tiba-tiba bergetar saat angin pagi berhembus dari arah balkon. Dingin.
Sambil menutupi seluruh tubuh dengan selimut, ia bangkit dari kasur kemudian
berjalan menuju balkon.
Benar
saja. Seseorang yang ia cari barusan sudah berdiri sambil menopang berat tubuh
pada pagar pembatas yang tingginya kurang lebih satu meter. Kaki kanannya yang
tertekuk bergerak pelan. Samar-samar Yuto bisa mendengar suara lantunan reff
lagu Slow Motion dari grup boyband mereka berdua, Hey! Say! JUMP.
Ia
pun berjalan mendekati sosok yang dipanggil ‘Ryo-chan’ dengan wajah tersenyum.
Kedua tangannya terbentang lalu memerangkap tubuh pemuda itu dalam kehangatan
selimut bersamanya.
“Ohayou, Ryo-chan,” bisik Yuto sambil
menahan tawa karena tubuh pemuda yang dipeluknya menegang.
“Y-Yuto!
Kau mengagetiku, ugh...”
Yamada
Ryosuke, pemuda yang sudah berstatus sebagai kekasih Yuto selama empat tahun
terakhir ini, menggembungkan kedua pipi chubby-nya.
Meski memasang wajah cemberut, ia nampak menyamankan diri dengan bersandar
sepenuhnya pada dada bidang Yuto. Kedua tangan Ryosuke bergerak menyentuh
tangan kekasihnya yang ada di atas pagar pembatas. Ia merasa dagu Yuto berada
di puncak kepalanya disusul mengecilnya kungkungan tangan.
“Jadi,
ini yang kau lakukan tiap pagi?” tanya Yuto menyimpulkan alasan kekasihnya
selalu bisa bangun pagi.
Ryosuke
mengangguk. “Mood-ku akan baik jika
melihat matahari terbit.”
“Dan
meninggalkanku sendiri...” Kini Yuto memasang wajah cemberut.
“Err,
sorry,” cicit Ryosuke seraya
menyentuh pipi kanan Yuto tanpa melihatnya.
“Hei,
apa tadi aku membangunkanmu?” tanya pemuda berambut cokelat itu. Ia merasa
tidak enak karena Yutonya baru pulang ke apartemen mereka sekitar jam satu
pagi.
Yuto
menggelengkan kepalanya sambil mengecup perpotongan leher sebelah kanan
Ryosuke. Kecupannya berpindah dari leher, belakang telinga, dagu, ujung bibir,
dan terakhir pipi chubby yang sudah
terlihat merona. Desisan karena rasa geli lolos dari bibir merah muda
Ryosukenya dan membuat Yuto tertawa pelan di bahu kanannya.
“Hei,
kau baru tidur selama hampir tiga jam. Lebih baik kau tidur lagi, Yuto. Matamu
masih mengantuk, tuh,” ucap Ryosuke
setelah menengok ke kanan hingga jarak wajahnya dengan Yuto tak lebih dari lima
centi meter.
Tak
mau kehilangan kesempatan, Yuto pun melancarkan morning kiss. “Tapi aku ingin tidur sambil memelukmu,” balas pemuda
berambut pirang tersebut. Seringai nakal muncul di wajah tampannya.
Ada
udang di balik batu ternyata.
Oh,
Yuto dengan mood paginya yang
mesum...
“Aku
harus ke lokasi syuting jam delapan nanti,” kata Ryosuke memberi alasan.
“Hanya
satu ronde, Ryo-cha~n.” Jurus puppy eyes
dilancarkan oleh Yuto.
“Tidak,
Yuto. Tidak.”
“Kalau
cium?”
“Tadi
kau sudah menciumku, kan?”
Kontak
mata diputus secara sepihak oleh Yuto. Wajahnya sudah berpaling untuk menatap
pergerakan matahari yang sebentar lagi akan terbit dari balik Gunung Fuji dan
beberapa gedung di hadapan mereka. Bibir Yuto nampak tertekuk ke bawah.
Ryosuke
tersenyum geli lalu menarik wajah itu dengan tangan kanan sebelum mencium bibir
tipis milik Yuto. “Ohayou, my honey,” ucap pemuda chubby tersebut membalas sapaan Yuto sebelumnya.
Bibir
tipis itu melengkung ke atas sambil memasang wajah girang. Yuto menempelkan
pipinya pada pipi Ryosuke, gemas. Kedua tangan pemuda jangkung tersebut
berpindah melewati atas bahu Ryosuke, bermaksud untuk benar-benar memeluknya
dari belakang. Terdengar tawa pelan dari pemuda berambut cokelat lurus namun
sedikit mengembang itu. Harum sampo stroberi tertangkap oleh indera penciuman
Yuto. Ia suka harum ini karena selalu berhasil membuatnya rileks. Ryosuke pun
mendapat ciuman lembut di puncak kepalanya.
“Oh,
lihat! Mataharinya akan terlihat sebentar lagi!” seru Ryosuke senang. Ini
pertama kalinya ia melihat matahari terbit dengan kekasih hati setelah setengah
tahun tinggal bersama di apartemen mereka yang sekarang.
Yuto
hanya mengangguk. Senyum lebar terlihat. Ia hampir kehilangan momen ini kalau
tadi memilih untuk tidur lagi.
Dalam
diam sepasang kekasih tersebut melihat pemandangan indah yang tersaji di
hadapan mereka. Detik demi detik berubah jadi menit. Matahari yang awalnya
malu-malu kini mulai menampakkan jati dirinya sebagai sumber penerangan
terbesar bagi Bumi. Hawa dingin yang sempat buat mereka menggigil mulai menguap
jadi lebih hangat. Cahaya jingga dari matahari perlahan berubah menguning.
Sekitar
setengah jam berlalu, mereka masih berdiri dengan tatapan penuh takjub. Meski
Ryosuke hampir tiap hari melihatnya, tapi sensasi yang ia dapat sangat berbeda.
Tentu saja karena kehadiran Yuto yang membuatnya spesial. Apalagi dengan posisi
berbagi kehangatan seperti ini.
“Terima
kasih, Yuto,” ucap Ryosuke tulus.
“Hm?
Untuk apa?” bingung Yuto.
Tubuh
Ryosuke berbalik kemudian melingkarkan kedua tangan ke leher Yuto. Masih tidak
melepas selimut yang ia bawa, Yuto menaruh tangannya ke pinggang Ryosuke. Dua
pemuda yang selalu di mabuk cinta itu saling melempar senyum. Sebenarnya Yuto
masih tidak paham atas ucapan terima kasih Ryosuke. Namun ia berpikir mungkin
kalau kegiatan ini terasa spesial jika melihatnya bersama orang yang dicintai.
“Mood-ku hari ini sepertinya akan jauuuuh
lebih baik dari biasanya. Ini semua berkat Yuto! Arigatou gozaimachuuu~"
Ucapan
bernada manja serta di akhiri ciuman kasih sayang dari center HSJ itu mampu membuat Yuto tertawa pelan. Tawanya pun
menular ke Ryosuke yang sudah menarik kepala Yuto untuk mendekat lalu
menempelkan dahi mereka. “Seharusnya kita lakukan ini sejak awal kita pindah ke
sini, Ryo-chan,” kata Yuto seraya mengecup bibir Ryosuke yang selalu berhasil
menggoda imannya.
“Aku
tidak tega membangunkan my big baby
ini,” balas Ryosuke dengan nada bercanda.
“Okaa-chan
terlalu baik. Yuto terharu~”
“Ahaha,
mou~” Ryosuke terdiam sebentar,
seperti baru teringat sesuatu. “Nee,
Yuto. Besok aku ingin pulang ke rumah. Apa kau mau ikut?” tanyanya di akhir.
“Oh
iya, besok kita cuti, ya.” Yuto tersenyum seraya mengangguk. “Tentu saja aku
mau ikut. Setelah itu kita pergi ke rumahku. Mama dan Papa juga ingin bertemu
denganmu,” katanya sambil membuat rencana.
Omong-omong,
hubungan mereka sudah direstui oleh masing-masing keluarga sejak awal. Bahkan
ibu mereka sering bertanya, “Yakin kalian hanya berteman?”. Gara-gara itu
mereka sadar akan perasaan mereka yang sesungguhnya.
Rumah
mereka pun juga berdekatan, hanya beberapa blok. Kelurga Yamada selalu bersikap
ramah pada Yuto, begitu juga dengan keluarga Nakajima pada Ryosuke. Tapi anehnya
sejak Ryosuke sering menginap di rumah Nakajima, ia malah akrab dengan kakeknya
Yuto yang terkadang main ke rumah anaknya itu. Mereka sama-sama suka manga dan
obrolan mereka seperti tak ada habisnya. Kadang Raiya pun ikut menimbrung.
Jika
sudah begitu, Yuto hanya bisa diam lalu mengabadikan momen mereka bertiga
dengan kamera. Ia suka memotret momen saat obrolan mereka membuat siapa saja
yang mendengarnya tertawa, termasuk dirinya. Wajah dan suara tawa mereka,
terutama Ryosuke, adalah obat penghilang rasa bad mood untuk Yuto.
“Kudengar
Chihiro-nee akan melahirkan dalam waktu dekat,” kata Yuto setelah ingat
kejadian dimana Ryosuke memeluknya bahagia karena sebentar lagi akan jadi
seorang paman.
Benar
saja. Senyum kekasih berpipi chubby-nya
itu makin lebar. “Un! Kira-kira satu
atau dua bulan lagi!”
“Hmmm,
kapan kita menyusul, ya?” Yuto memasang wajah sedang berpikir.
Ryosuke
nampak me-loading sebelum menyahut, “Eh?”
“Sampai
kapan kau mau merahasiakannya dariku, Ryo-chan?” tanya Yuto dengan wajah
cemberut.
“Err,
kau bicara apa, Yuto? Aku tidak—”
“—ibumu
bilang padaku kalau kau laki-laki spesial.”
“...”
“...”
“Yappari. Okaachan ka...”
Kepala
Ryosuke menunduk kemudian melepas rengkuhan tangannya dari leher Yuto. Ia
menggigit bibir bawah, bingung harus bicara apa. Padahal tinggal berkata jujur
dan semuanya akan baik-baik saja. Pemuda itu yakin kalau kekasihnya akan
mengerti. Tapi rasa takut selalu menghantuinya hingga ibunya sendiri yang
bilang pada Yuto.
“Hei,
apa Ryo-chan tidak mau punya anak kandung?” tanya Yuto dengan nada hati-hati.
Ryosuke
mendongak. “Tentu saja tidak! Aku justru merasa senang.”
“Lalu
kenapa?”
“Aku...
Aku belum siap.”
Perlahan
Yuto kembali merengkuh tubuh ringkih pemuda dihadapannya.
“Hai, hai. Wakatta~ Aku tidak akan
memaksamu sampai kau bilang siap. Meskipun dua minggu lagi kita akan menikah,
Ryo-chan,” janji Yuto sambil menahan diri untuk tidak menampakkan rasa
sedihnya. Padahal ia ingin punya anak dalam waktu dekat, apalagi setelah
mendengar cerita calon mertua tentang Ryosuke yang bisa hamil.
Ryosuke
menyamankan diri di pelukan Yuto. “Baka.
Kau tidak perlu berbohong padaku. Aku tahu, kau ingin memiliki anak di umurmu
yang sudah berkepala tiga, kan?”
“Tapi
aku sedang tidak terburu-buru.”
“Ugh,
Yutooooo!”
Yuto
tersenyum sebelum mengelus punggung Ryosuke yang tertutupi jersey hitam kesayangannya. Pandangannya terarah pada matahari yang
sempat terabaikan sehingga tidak sadar kalau wujudnya sudah terlihat sempurna
di langit.
“Ayo
masuk. Aku ingin tidur lagi sambil memeluk Ryo-cha~n!” ajak Yuto lalu
menggiring calon pendamping hidupnya untuk kembali masuk ke dalam apartemen.
“E-eh!?
Aku harus siapkan sarapan dan harus syuting, Yuto!”
“Sebentar
saja, nee?”
“...”
“Neeee?”
“...ugh,
baiklah. Hanya lima menit.”
“Yatta! Arigatou gozaimachuuu~”
“Uwaaa!
Tubuhmu berat, Yuto! Menyingkir dari atas tubuhku!”
“Yadaaa~”
“Hei!
Kau pegang—nnh! Baka Yuto!”
“Ahaha~”
Kemudian
yang terdengar selanjutnya adalah suara desahan seksi dan suasana panas yang
melingkupi area kamar mereka. Aaah~ Mari kita biarkan pasangan YutoYama atau
YamaJima ini di dunia mereka sendiri sampai puas.
Ja!
Bye, bye!
CHAU!
1 komentar:
Awww.... maniiss bangett inii...
Andai ada lanjutanya .. dibikin series.. please??
Aku telat banget ya baru baca ini.. baru nemu soalnya 😄
Posting Komentar