Kamis, 11 Agustus 2016

[YutoYama Fanfiction] Special Morning




Title : Special Morning
Author : Rin Shouta
Rating : T
Genre : Fluffy Romance
Language : Bahasa Indonesia
Pairing : YutoYama / YamaJima / Nakajima Yuto x Yamada Ryosuke (BL)
Disclaimer : Members HSJ from Johnny Entertainment. This fanfic is mine.
Warning : Please, use your imagination! OOC, typos, etc! One Shot! My first YutoYama fanfic~ Douzo~
Summary : —



Nakajima Yuto perlahan membuka kedua matanya. Ia mengerang pelan begitu sadar kalau dirinya hanya sendirian di atas kasur king size. Tangan kanannya mengusap kedua mata yang agak susah dibuka. Yuto bangun dari posisi tidurnya lalu menyadari pintu kaca balkon sudah terbuka. Bola mata hitamnya bergerak ke samping, melihat angka pada jam digital di atas nakas. 04:45. Itu berarti ia baru tidur sekitar tiga jam.

Sekali lagi Yuto memandangi pintu kaca balkon yang terbuka. Otaknya masih dalam keadaan proses ketika mata itu bergulir ke sisi kasur yang sudah kosong. Mestinya ada sosok lain tengah tertidur lelap di sana. Hmmm...

“Ryo-chan...?”

Bisikan lirih pemuda itu dibalas oleh keheningan.

Tubuh Yuto tiba-tiba bergetar saat angin pagi berhembus dari arah balkon. Dingin. Sambil menutupi seluruh tubuh dengan selimut, ia bangkit dari kasur kemudian berjalan menuju balkon.

Benar saja. Seseorang yang ia cari barusan sudah berdiri sambil menopang berat tubuh pada pagar pembatas yang tingginya kurang lebih satu meter. Kaki kanannya yang tertekuk bergerak pelan. Samar-samar Yuto bisa mendengar suara lantunan reff lagu Slow Motion dari grup boyband mereka berdua, Hey! Say! JUMP.

Ia pun berjalan mendekati sosok yang dipanggil ‘Ryo-chan’ dengan wajah tersenyum. Kedua tangannya terbentang lalu memerangkap tubuh pemuda itu dalam kehangatan selimut bersamanya.

Ohayou, Ryo-chan,” bisik Yuto sambil menahan tawa karena tubuh pemuda yang dipeluknya menegang.

“Y-Yuto! Kau mengagetiku, ugh...”

Yamada Ryosuke, pemuda yang sudah berstatus sebagai kekasih Yuto selama empat tahun terakhir ini, menggembungkan kedua pipi chubby-nya. Meski memasang wajah cemberut, ia nampak menyamankan diri dengan bersandar sepenuhnya pada dada bidang Yuto. Kedua tangan Ryosuke bergerak menyentuh tangan kekasihnya yang ada di atas pagar pembatas. Ia merasa dagu Yuto berada di puncak kepalanya disusul mengecilnya kungkungan tangan.

“Jadi, ini yang kau lakukan tiap pagi?” tanya Yuto menyimpulkan alasan kekasihnya selalu bisa bangun pagi.

Ryosuke mengangguk. “Mood-ku akan baik jika melihat matahari terbit.”

“Dan meninggalkanku sendiri...” Kini Yuto memasang wajah cemberut.

“Err, sorry,” cicit Ryosuke seraya menyentuh pipi kanan Yuto tanpa melihatnya.

“Hei, apa tadi aku membangunkanmu?” tanya pemuda berambut cokelat itu. Ia merasa tidak enak karena Yutonya baru pulang ke apartemen mereka sekitar jam satu pagi.

Yuto menggelengkan kepalanya sambil mengecup perpotongan leher sebelah kanan Ryosuke. Kecupannya berpindah dari leher, belakang telinga, dagu, ujung bibir, dan terakhir pipi chubby yang sudah terlihat merona. Desisan karena rasa geli lolos dari bibir merah muda Ryosukenya dan membuat Yuto tertawa pelan di bahu kanannya.

“Hei, kau baru tidur selama hampir tiga jam. Lebih baik kau tidur lagi, Yuto. Matamu masih mengantuk, tuh,” ucap Ryosuke setelah menengok ke kanan hingga jarak wajahnya dengan Yuto tak lebih dari lima centi meter.

Tak mau kehilangan kesempatan, Yuto pun melancarkan morning kiss. “Tapi aku ingin tidur sambil memelukmu,” balas pemuda berambut pirang tersebut. Seringai nakal muncul di wajah tampannya.

Ada udang di balik batu ternyata.

Oh, Yuto dengan mood paginya yang mesum...

“Aku harus ke lokasi syuting jam delapan nanti,” kata Ryosuke memberi alasan.

“Hanya satu ronde, Ryo-cha~n.” Jurus puppy eyes dilancarkan oleh Yuto.

“Tidak, Yuto. Tidak.”

“Kalau cium?”

“Tadi kau sudah menciumku, kan?”

Kontak mata diputus secara sepihak oleh Yuto. Wajahnya sudah berpaling untuk menatap pergerakan matahari yang sebentar lagi akan terbit dari balik Gunung Fuji dan beberapa gedung di hadapan mereka. Bibir Yuto nampak tertekuk ke bawah.

Ryosuke tersenyum geli lalu menarik wajah itu dengan tangan kanan sebelum mencium bibir tipis milik Yuto. “Ohayou, my honey,” ucap pemuda chubby tersebut membalas sapaan Yuto sebelumnya.

Bibir tipis itu melengkung ke atas sambil memasang wajah girang. Yuto menempelkan pipinya pada pipi Ryosuke, gemas. Kedua tangan pemuda jangkung tersebut berpindah melewati atas bahu Ryosuke, bermaksud untuk benar-benar memeluknya dari belakang. Terdengar tawa pelan dari pemuda berambut cokelat lurus namun sedikit mengembang itu. Harum sampo stroberi tertangkap oleh indera penciuman Yuto. Ia suka harum ini karena selalu berhasil membuatnya rileks. Ryosuke pun mendapat ciuman lembut di puncak kepalanya.

“Oh, lihat! Mataharinya akan terlihat sebentar lagi!” seru Ryosuke senang. Ini pertama kalinya ia melihat matahari terbit dengan kekasih hati setelah setengah tahun tinggal bersama di apartemen mereka yang sekarang.

Yuto hanya mengangguk. Senyum lebar terlihat. Ia hampir kehilangan momen ini kalau tadi memilih untuk tidur lagi.

Dalam diam sepasang kekasih tersebut melihat pemandangan indah yang tersaji di hadapan mereka. Detik demi detik berubah jadi menit. Matahari yang awalnya malu-malu kini mulai menampakkan jati dirinya sebagai sumber penerangan terbesar bagi Bumi. Hawa dingin yang sempat buat mereka menggigil mulai menguap jadi lebih hangat. Cahaya jingga dari matahari perlahan berubah menguning.

Sekitar setengah jam berlalu, mereka masih berdiri dengan tatapan penuh takjub. Meski Ryosuke hampir tiap hari melihatnya, tapi sensasi yang ia dapat sangat berbeda. Tentu saja karena kehadiran Yuto yang membuatnya spesial. Apalagi dengan posisi berbagi kehangatan seperti ini.

“Terima kasih, Yuto,” ucap Ryosuke tulus.

“Hm? Untuk apa?” bingung Yuto.

Tubuh Ryosuke berbalik kemudian melingkarkan kedua tangan ke leher Yuto. Masih tidak melepas selimut yang ia bawa, Yuto menaruh tangannya ke pinggang Ryosuke. Dua pemuda yang selalu di mabuk cinta itu saling melempar senyum. Sebenarnya Yuto masih tidak paham atas ucapan terima kasih Ryosuke. Namun ia berpikir mungkin kalau kegiatan ini terasa spesial jika melihatnya bersama orang yang dicintai.

Mood-ku hari ini sepertinya akan jauuuuh lebih baik dari biasanya. Ini semua berkat Yuto! Arigatou gozaimachuuu~"

Ucapan bernada manja serta di akhiri ciuman kasih sayang dari center HSJ itu mampu membuat Yuto tertawa pelan. Tawanya pun menular ke Ryosuke yang sudah menarik kepala Yuto untuk mendekat lalu menempelkan dahi mereka. “Seharusnya kita lakukan ini sejak awal kita pindah ke sini, Ryo-chan,” kata Yuto seraya mengecup bibir Ryosuke yang selalu berhasil menggoda imannya.

“Aku tidak tega membangunkan my big baby ini,” balas Ryosuke dengan nada bercanda.

“Okaa-chan terlalu baik. Yuto terharu~”

“Ahaha, mou~” Ryosuke terdiam sebentar, seperti baru teringat sesuatu. “Nee, Yuto. Besok aku ingin pulang ke rumah. Apa kau mau ikut?” tanyanya di akhir.

“Oh iya, besok kita cuti, ya.” Yuto tersenyum seraya mengangguk. “Tentu saja aku mau ikut. Setelah itu kita pergi ke rumahku. Mama dan Papa juga ingin bertemu denganmu,” katanya sambil membuat rencana.

Omong-omong, hubungan mereka sudah direstui oleh masing-masing keluarga sejak awal. Bahkan ibu mereka sering bertanya, “Yakin kalian hanya berteman?”. Gara-gara itu mereka sadar akan perasaan mereka yang sesungguhnya.

Rumah mereka pun juga berdekatan, hanya beberapa blok. Kelurga Yamada selalu bersikap ramah pada Yuto, begitu juga dengan keluarga Nakajima pada Ryosuke. Tapi anehnya sejak Ryosuke sering menginap di rumah Nakajima, ia malah akrab dengan kakeknya Yuto yang terkadang main ke rumah anaknya itu. Mereka sama-sama suka manga dan obrolan mereka seperti tak ada habisnya. Kadang Raiya pun ikut menimbrung.

Jika sudah begitu, Yuto hanya bisa diam lalu mengabadikan momen mereka bertiga dengan kamera. Ia suka memotret momen saat obrolan mereka membuat siapa saja yang mendengarnya tertawa, termasuk dirinya. Wajah dan suara tawa mereka, terutama Ryosuke, adalah obat penghilang rasa bad mood untuk Yuto.

“Kudengar Chihiro-nee akan melahirkan dalam waktu dekat,” kata Yuto setelah ingat kejadian dimana Ryosuke memeluknya bahagia karena sebentar lagi akan jadi seorang paman.

Benar saja. Senyum kekasih berpipi chubby-nya itu makin lebar. “Un! Kira-kira satu atau dua bulan lagi!”

“Hmmm, kapan kita menyusul, ya?” Yuto memasang wajah sedang berpikir.

Ryosuke nampak me-loading sebelum menyahut, “Eh?”

“Sampai kapan kau mau merahasiakannya dariku, Ryo-chan?” tanya Yuto dengan wajah cemberut.

“Err, kau bicara apa, Yuto? Aku tidak—”

“—ibumu bilang padaku kalau kau laki-laki spesial.”

“...”

“...”

Yappari. Okaachan ka...”

Kepala Ryosuke menunduk kemudian melepas rengkuhan tangannya dari leher Yuto. Ia menggigit bibir bawah, bingung harus bicara apa. Padahal tinggal berkata jujur dan semuanya akan baik-baik saja. Pemuda itu yakin kalau kekasihnya akan mengerti. Tapi rasa takut selalu menghantuinya hingga ibunya sendiri yang bilang pada Yuto.

“Hei, apa Ryo-chan tidak mau punya anak kandung?” tanya Yuto dengan nada hati-hati.

Ryosuke mendongak. “Tentu saja tidak! Aku justru merasa senang.”

“Lalu kenapa?”

“Aku... Aku belum siap.”

Perlahan Yuto kembali merengkuh tubuh ringkih pemuda dihadapannya.

Hai, hai. Wakatta~ Aku tidak akan memaksamu sampai kau bilang siap. Meskipun dua minggu lagi kita akan menikah, Ryo-chan,” janji Yuto sambil menahan diri untuk tidak menampakkan rasa sedihnya. Padahal ia ingin punya anak dalam waktu dekat, apalagi setelah mendengar cerita calon mertua tentang Ryosuke yang bisa hamil.

Ryosuke menyamankan diri di pelukan Yuto. “Baka. Kau tidak perlu berbohong padaku. Aku tahu, kau ingin memiliki anak di umurmu yang sudah berkepala tiga, kan?”

“Tapi aku sedang tidak terburu-buru.”

“Ugh, Yutooooo!”

Yuto tersenyum sebelum mengelus punggung Ryosuke yang tertutupi jersey hitam kesayangannya. Pandangannya terarah pada matahari yang sempat terabaikan sehingga tidak sadar kalau wujudnya sudah terlihat sempurna di langit.

“Ayo masuk. Aku ingin tidur lagi sambil memeluk Ryo-cha~n!” ajak Yuto lalu menggiring calon pendamping hidupnya untuk kembali masuk ke dalam apartemen.

“E-eh!? Aku harus siapkan sarapan dan harus syuting, Yuto!”

“Sebentar saja, nee?”

“...”

Neeee?”

“...ugh, baiklah. Hanya lima menit.”

Yatta! Arigatou gozaimachuuu~”

“Uwaaa! Tubuhmu berat, Yuto! Menyingkir dari atas tubuhku!”

Yadaaa~”

“Hei! Kau pegang—nnh! Baka Yuto!”

“Ahaha~”

Kemudian yang terdengar selanjutnya adalah suara desahan seksi dan suasana panas yang melingkupi area kamar mereka. Aaah~ Mari kita biarkan pasangan YutoYama atau YamaJima ini di dunia mereka sendiri sampai puas.

Ja! Bye, bye!

CHAU!

1 komentar:

Shuheiiiiiii mengatakan...

Awww.... maniiss bangett inii...
Andai ada lanjutanya .. dibikin series.. please??
Aku telat banget ya baru baca ini.. baru nemu soalnya 😄