Selasa, 20 Oktober 2015

[Tugas] Manajemen dan Organisasi

Tugas Soft Skill : Pengantar Bisnis





BAB 5
Manajemen dan Organisasi


  1. Manajemen
  2. Organisasi






1.       Manajemen
1.1.    Pengertian dan Peranan Manajemen
    Kata “manajemen” berasal dari bahasa Inggris, yaitu manage, atau dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai mengendalikan atau mengelola.
    Menurut Wilson, manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan oleh para anggota organisasi dalam upaya mencapai sasaran organisasi, dimana proses tersebut merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dijalankan dengan sistematis.
   Sedangkan Stoner berpendapat dalam bukunya, manajemen didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar tercapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
      Lalu menurut Koontz, Beliau mengemukakan bahwa manajemen adalah suatu seni yang produktif yang didasarkan pada suatu pemahaman ilmu. Ilmu dan seni tidaklah bertentangan, namun masing-masing saling melengkapi.
  Jadi, manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota di suatu organisasi dalam mencapai sasaran atau tujuan organisasi tersebut dengan didasarkan  pada suatu pemahaman ilmu dan seni yang tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi.
Manajer adalah seorang yang karena pengalaman, pengetahuan, dan keterampilannya diakui oleh organisasi untuk memimpin, mengatur, mengelola, mengendalikan dan mengembangkan kegiatan organisasi dalam rangka mencapai tujuan. Dengan kata lain, manajer adalah seseorang yang bisa memanajemen sebuah organisasi atau perusahaan. Berikut adalah tugas-tugas seorang manajer:
a.    Memimpin organisasi;
b.    Mengatur organisasi;
c.    Mengendalikan organisasi;
d.   Mengembangkan organisasi;
e.    Mengatasi berbagai masalah yang terjadi di dalam organisasi;
f.     Menciptakan kerja sama di dalam organisasi;
g.    Menjalin kerja sama dengan pihak-pihak di luar organisasi;
h.    Menumbuhkan kepercayaan;
i.      Meningkatkan rasa tanggung jawab;
j.      Mengawasi/mengendalikan kegiatan organisasi;
k.    Melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan;
l.      Menggali dan mengembangkan potensi sumber daya.
    Selain itu, manajer juga memiliki tiga peranan utama dalam organisasi, yakni:
a.    Peran interpersonal, yaitu peranan seorang manajer dalam berinteraksi dengan berbagai pihak yang akan membantu berhasilnya pelaksanaan tugas, baik pihak dalam perusahaan maupun pihak luar perusahaan.
1)   Peranan figure bapak (Figurehead), simbol pemimpin perusahaan; diperlukan untuk menjalankan sejumlah kewajiban rutin yang bersifat legal dan sosial. Contoh : memberi ucapan selamat datang kepada para pengunjung, penandatanganan surat resmi,dst.
2)   Peranan Pimpinan (Leader), bertanggungjawab untuk memotivasi dan mengaktifkan bawahan; mengisi posisi kosong (staffing), melatih, dan tugas-tugas terkait. Contoh : melakukan hampir seluruh kegiatan yang melibatkan bawahan.
3)   Peranan Penghubung (Liaison), memelihara suatu jaringan kontak luar yang mendukung dan juga penghubung pihak dalam. Contoh : membalas surat-surat, melakukan kerja dewan urusan luar, yang melibatkan pihak-pihak luar.
b.    Peran informasional, yaitu peranan seorang manajer dalam pemberian, penerimaan dan penganalisaan informasi, menyangkut pengawas, penyebar informasi dan juru bicara.
1)   Memantau (Monitor), manajer selalu aktif mencari informasi yang dapat bermanfaat untuk organisasi. Contoh : membaca terbitan-terbitan periodik dan laporan-laporan, memelihara kontak pribadi.
2)   Penyebar (Disseminator), manajer mendistribusikan informasi yang diperolehnya kepada pihak lain, khususnya kepada bawahannya agar bawahan mampu mengerjakan tugasnya dengan baik. Contoh : mengadakan pertemuan-pertemuan untuk maksud informasi; menelpon untuk meneruskan informasi.
3)   Jurubicara (Spokesman), manajer sebagai wakil organisasi dalam menyampaikan informasi ke pihak luar, contoh : menyelenggarakan rapat dewan, memberikan informasi ke media.
c.    Peran pengambil keputusan, yaitu peranan seorang manajer dalam memanfaatkan informasi untuk membuat keputusan dalam memecahkan masalah atau melihat kesempatan yang ada.
1)    Kewirausahaan (Entrepreunership), manajer mengambil keputusan-keputusan penting seperti peluncuran produk baru, penggabungan usaha, dan lain-lain. Contoh : rapat strategis dan tinjauan ulang yang melibatkan prakarsa atau rancangan proyek perbaikan. 
2)    Pengendali gangguan (Disturbance Handler), manajer diharapkan bisa menyelesaikan gangguan-gangguan yang mungkin muncul. Contoh : mengorganisasikan strategi dan sesi kaji-ulang yang melibatkan gangguan dan kritis.
3)    Pengalokasi sumberdaya (Resource Allocator), manajer harus mengalokasikan sumberdaya yang terbatas agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien, contoh : penjadwalan, permintaan otoritas, menyelenggarakan kegiatan apapun yang melibatkan anggaran dan program kerja bawahan.
4)    Perunding (Negotiator), manajer melakukan negosiasi dengan pihak-pihak yang berkaitan. Contoh : berperan serta dalam perundingan kontrak serikat pekerja.

1.2.    Latar Belakang Sejarah Manajemen
Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen. Beberapa orang melihatnya (dengan definisi) sebagai konseptualisasi modern yang terlambat (dalam hal modernitas yang terlambat). Dalam istilah tersebut, manajemen tidak memiliki sejarah pra-modern, hanya merupakan pertanda. Beberapa orang lainnya, mendeteksi aktivitas mirip manajemen di masa pra-modern akhir. Beberapa penulis melacak perkembangan pemikiran manajemen pada pedagang-pedagang Sumeria dan pembangun piramid Mesir. Para pemilik budak selama berabad-abad menghadapi permasalahan eksploitasi atau memotivasi budak yang bergantung, namun terkadang suka melawan (memaksa otoritas). Tapi banyak perusahaan pra-industri, dengan skala mereka yang kecil, tidak merasa terdorong untuk menghadapi permasalahan manajemen secara sistematis. Melainkan inovasi seperti penyebaran sistem angka Hindu-Arab (abad ke-5 hingga ke15) dan kodifikasi kesekretariatan entri-ganda (1494) menyediakan perangkat untuk penilaian, perencanaan dan kendali manajemen.
Beberapa penulis melacak pengembangan manajemen sejauh perdagangan di Sumeria dan pembangunan piramid di Mesir.

a.    Abad 19

Bidang pelajaran manajemen berkembang dari ekonomi dalam abad 19. Pelaku Ekonomi Klasik, Adam Smith dan John Stuart Mill memberikan teori-teori pengaturan sumber daya pengaturan sumber daya, produksi dan penetapan harga. Pada saat yang hampir bersamaan, penemu seperti Eli Whitney, James Watt, dan Matthew Boulton mengembangkan tekhnik produksi, seperti: penetapan standar, prosedur kontrol kualitas, akuntansi biaya, penukaran bahan, dan perencanaan kerja.

Seperti pada pertengahan abad 19, Robert Owen, Henry Poor, dan M. Laughlin dan lain-lain memperkenalkan elemen manusia dengan teori pelatihan, motivasi, struktur organisasi dan kontrol pengembangan pekerja.

Di akhir abad 19, pelaku ekonomi marginal Alfred Marshall dan Leon Walras dan lainnya memperkenalkan lapisan baru yang kompleks ke teori manajemen. Pada 1900-an, manajer mencoba mengganti teori mereka secara keseleruhan berdasarkan sains.

b.   Abad 20

Teori pertama tentang manajemen yang lengkap muncul sekitar tahun 1920. Orang seperti Henry Fayol dan Alexander Church menjelaskan beberapa cabang dalam manajemen dan hubungan satu sama lain.
Peter Drucker menulis salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: “Konsep Korporasi” (Concept of the Corporation), diterbitkan tahun 1946. Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang organisasi.
H. Dodge, Ronald Fisher, dan Thorton C Fry memperkenalkan teknik statistika ke dalam manajemen. Pada tahun 1940-an, Patrick Blackett mengkombinasikan teori statistika dengan teori mikroekonomi dan lahirlah ilmu riset operasi. Riset operasi, sering dikenal dengan “Sains Manajemen”, mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi.
Mendekati akhir abad 20, manajemen terdiri dari beberapa bidang terpisah, termasuk:

                ·       Manajemen sumber daya manusia
                ·       Manajemen operasi atau produksi
                ·       Manajemen strategi
              ·       Manajemen pemasaran
              ·       Manajemen keuangan
              ·       Manajemen informasi teknologi


1.3.    Fungsi dan Proses Manajemen

        Empat fungsi manajemen sebagai tugas utama yang harus dilaksanakan seorang manajer dalam mengelola organisasi untuk mencapai tujuan atau yang dikenal sebagai proses manajemen adalah sebagai berikut:

a.    Perencanaan (planning), memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan. Suatu rencana yang baik harus berpedoman pada 5W dan 1H, yaitu:

1)   What         : tindakan apa yang harus dikerjakan;

2)   Who          : siapa yang akan mengerjakan tindakan itu;

3)   Where       : dimana tindakan itu dilaksanakan;

4)   When        : kapan tindakan itu dilaksanakan;

5)   Why          : apakah sebabnya tindakan itu dilaksanakan;

6)   How         : bagaimana caranya melakukan tindakan itu. 

b.    Pengorganisasian (organizing), proses pemberian tugas, pengalokasian sumber daya serta pengaturan kegiatan secara terkoordinir kepada setiap individu dan kelompok untuk menerapkan rencana yang telah dibuat, meliputi penetapan dimana keputusan akan dibuat, siapa yang akan melaksanakan tugas dan pekerjaan, serta siapa yang akan bekerja untuk siapa.

c.    Memimpin (leading), proses menumbuhkan semangat pada karyawan agar bekerja dengan baik dan membimbing mereka untuk melaksanakan kegiatan yang sesuai rencana dalam rangka mencapai tujuan, memberi inspirasi dan motivasi kepada karyawan untuk berusaha keras mencapai sasaran organisasi. Proses ini disebut juga menggerakkan (actuating).

d.   Pengendalian (controlling), proses mengukur kinerja, membandingkan antara hasil sesungguhnya dengan rencana yang telah dibuat serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.

      Proses manajemen adalah serangkaian keputusan dan kegiatan kerja yang terus menerus dimana manajer terlibat sewaktu mereka merencana, mengorganisasi, mengarahkan, mengkordinasi dan mengawasi.



1.4.    Ciri-Ciri Manajer Profesional

       Seorang manajer profesional adalah seorang yang hidup dari profesinya sebagai manajer, bukan manajer amatiran atau bekerja sambilan. Seorang manajer profesional tentunya diharapkan betul-betul melaksanakan tugasnya layaknya seorang profesional dalam bidang lainnya dan mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang tinggi untuk mencapai keberhasilannya. Berikut adalah beberapa kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang manajer profesional:

a.    Memperoleh dukungan top manajemen;

b.    Bermanfaat untuk kepentingan internal dan juga eksternal organisasi;

c.    Memiliki program jangka panjang dan berkesinambungan;

d.   Berorientasi ke masa depan dengan pendekatan holistic (menyentuh unsur perasaan atau spiritual);

e.    Melaksanakan prinsip efisiensi dan efektivitas;

f.     Melakukan tindakan secara terencana atau terprogram;

g.    Melakukan pengawasa, evaluasi serta menerima umpan-balik;

h.    Karyawan dan pimpinan unit yang: memiliki kompetensi atau keahlian dan pengalaman panjang di bidangnya; haus dan berani pada tantangan; inovatif, kreatif, inisiatif dan efisien; memiliki integritas tinggi; menghargai profesi lain; selalu siap menghadapi segala risiko; bertanggungjawab atas setiap kata dan perbuatannya.

i.      Mampu menggunakan teknologi tepat guna;

j.      Kepemimpinan dalam membangun komitmen;

k.    Semua lapisan berpartisipasi aktif dalam semua aktivitas;

l.      Kerjasama tim solid;

m.  Memberikan penghargaan pada tiap karyawan yang berprestasi (kompensasi termasuk peluang pendidikan pelatihan lanjutan dan promosi karir);

n.    Persuasi pada karyawan yang kurang berprestasi untuk menjadi yang terbaik melalui konsultasi bimbingan dan pendidikan pelatihan bersinambung;

o.    Memiliki budaya korporat: transparansi (terbuka), independensi (tidak bergantung), responsif (cepat tanggap), akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan), dan jujur.



1.5.    Keterampilan Manajemen yang Dibutuhkan

Keterampilan atau skill merupakan kemampuan untuk menerjemahkan pengetahuan ke dalam praktek sehingga tercapai hasil kerja yang diinginkan. Berbagai fungsi dan kegiatan manajerial yang diperlukan dalam mengelola organisasi membutuhkan banyak keterampilan. Keterampilan yang paling penting adalah keterampilan yang memungkinkan manajer bisa membantu orang lain menjadi lebih produktif di tempat kerja. Robert L. Katz menggolongkan keterampilan manajer menjadi tiga kategori sebagai berikut :

a.    Keterampilan Kemanusiaan (Human Skill)

Keterampilan kemanusiaan atau yang lebih terkenal dengan keterampilan berkomunikasi antar manusia (interpersonal skills) adalah keterampilan yang seringkali diabaikan oleh para manajer, terutama bagi para manajer yang baru naik jenjangnya dalam organisasi. Keterampilan kemanusiaan ini sangat diperlukan untuk menjaga hubungan baik dengan atasan langsung maupun dengan bawahan. Dengan komunikasi yang persuasif akan membuat bawahan merasa dihargai dan mereka akan bekerja lebih baik dan bersikap lebih terbuka kepada atasannya. Keterampilan berkomunikasi ini diperlukan baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.

b.   Keterampilan Teknis (Technical Skills)

Keterampilan ini merupakan bekal bagi para manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu. Misalnya memperbaiki mesin, membuat kursi, membuat jadwal kerja dan keterampilan teknis lainnya.

c.    Keterampilan Konseptual (Conceptual Skill)

 Kemampuan untuk merinci permasalahan menjadi beberapa bagian yang lebih spesifik sehingga dapat dilihat kaitan antara masing-masing bagian tersebut, serta mengetahui dampak dari setiap permasalahan bagi orang lain.

Sebagai tambahan, keterampilan yang harus pula dimiliki oleh para manajer adalah sebagai berikut :

d.   Keterampilan Motivasi (Motivation Skill)

Kemampuan untuk memberikan dorongan kepada orang lain, agar mereka dapat melakukan sesuatu sesuai dengan yang diperintahkan tanpa mereka rasakan secara langsung, karena telah diberikan suatu motivasi atau dorongan berupa rangsangan-rangsangan untuk menggairahkan dan menyemangati melakukan pekerjaan.

e.    Keterampilan Teknologi Informasi

 Keterampilan yang dalam hal ini penguasaan mengolah informasi melalui teknologi seperti keterampilan mengoperasikan komputer.

Kecakapan manajerial adalah suatu keterampilan atau karakteristik personal yang membantu tercapainya kinerja yang tinggi dalam tugas manajemen. Beberapa kompetensi personal yang diperlukan bagi keberhasilan manajerial sebagai berikut :

a.    Leadership, kemampuan dalam mempengaruhi orang lain agar melaksanakan suatu tugas.

b.    Self objectivity, kemampuan untuk menilai diri sendiri secara realistis.

c.    Analiytic thinking, kemampuan untuk menginterpretasikan dan menyampaikan segala macam bentuk informasi.

d.   Behavioral flexibility, menyesuaikan perilaku dalam mencapai tujuan.

e.    Oral Communication, kemampuan mengemukakan pendapat secara jelas dalam berbicara.

f.     Written Communication, kemampuan mengungkapkan pendapat dengan baik secara tertulis.

g.    Personal Impact, menumbuhkan kesan baik dan kepercayaan bagi orang.

h.    Resistances to stress, kemampuan untuk dapat bekerja dalam keadaan tertekan.

i.      Tolerance for uncertainty, kemampuan untuk bekerja dalam situasi yang tidak menentu.



2.       Organisasi

1.1.    Definisi Organisasi

    Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon - alat) adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama.

    Dalam ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai bidang ilmu, terutama sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan manajemen. Kajian mengenai organisasi sering disebut studi organisasi (organizational studies), perilaku organisasi (organizational behaviour), atau analisis organisasi (organization analysis).

      Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah bagi orang-orang untuk berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

     Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Sedangkan Stephen P. Robbins menyatakan bahwa organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.



1.2.    Pentingnya Mengenal Organisasi

    Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Adapun manfaat menjadi anggota dalam suatu organisasi, yaitu:

a.    Melatih kita untuk bersosialisasi. Organisasi membuat kita akan terlatih untuk berinteraksi dengan berbagai macam orang. Dan hal ini sangat berguna untuk kita setelah terjun di dunia kerja. Contoh organisasi yang baik untuk bersosialisasi yaitu BEM, ini membuat kita lebih dekat dan kenal dengan mahasiswa lainnya tidak hanya dengan teman sekelas saja.

b.    Memberikan pelajaran untuk meyakinkan orang lain. Belajar berorganisasi melatih kita agar dapat membuat proposal yang meyakinkan untuk diakui dan diterima orang lain. Demikian pula ketika terjun ke dunia nyata kelak, untuk memperoleh satu proyek besar, kita harus bisa mengajukan lobi yang menyakinkan untuk menang.

c.    Merangsang kreativitas. Manfaat berorganisasi yang paling terasa adalah kita akan terlatih untuk menjadi pribadi yang kreatif, selalu memiliki ide-ide, dan terangsang untuk berpikir di luar kerangka yang baku.

d.   Membuat kita menjadi pribadi yang menarik. Kalau kita aktif dalam setiap kegiatan, kita akan lebih dikenal oleh banyak orang.

e.    Mengajarkan kerja keras, tanggung jawab, pantang menyerah dan tidak suka berpangku tangan. Manfaat berorganisasi yang paling dirasakan adalah kita akan menjadi pribadi yang optimis, penuh tanggung jawab, tidak mudah menyerah, dan tekun. Seandainya kita ditunjuk sebagai ketua panitia suatu kegiatan, tentu kita harus menyelesaikannya karena ada laporan pertanggungjawaban yang harus dibuat kemudian.



1.3.    Bentuk-Bentuk Organisasi

     Bentuk organisasi dibagi jadi beberapa macam. Berdasarkan tujuannya, yaitu:

a.    Organisasi Niaga, organisasi yang tujuan utamanya untuk mencari keuntungan, terutama dalam bidang bisnis. Contoh: Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), Firma (Fa), Koperasi, Joint Venture, Trust, Kartel, Holding Company.

b.    Organisasi Sosial, organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum. Berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat untuk ikut andil dalam pembangunan bangsa dan negara menuju arah yang lebih baik lagi dengan tujuan menjadikan bangsa dan negara dalam pembentukan sosialisasi yang baik dan menjadikan masyakarat yang penuh dengan jiwa sosialisasi yang tinggi.

c.    Organisasi Regional, organisasi yang luas wilayahnya meliputi beberapa negara tertentu saja. Contoh: ASEAN.

d.   Organisasi Internasional, organisasi yang anggota-anggotanya meliputi negara di dunia. Contoh: PBB.

     Menurut Henry G. Hodges mengemukakan empat bentuk bagan organisasi. Berikut uraiannya:

a.    Bentuk Piramid, bentuk yang paling banyak digunakan karena sederhana, jelas, dan mudah dimengerti.

b.    Bentuk Vertikal, menyerupai piramid dalam hal pelimpahan kekuasaan dari atas ke bawah. Bagan vertical berwujud tegak sepenuhnya.

c.    Bentuk Horizontal, digambarkan secara mendatar. Aliran wewenang dan tanggung jawab digambarkan dari kiri ke kanan.

d.   Bentuk Lingkaran, menekankan pada hubungan antara satu jabatan dengan jabatan dengan jabatan lain. Bagan bentuk lingkarang jarang sekali digunakan dalam praktik.

       Walau bentuk bermacam-macam, ada tujuh pokok yang besar, yakni:

a.    Organisasi Garis, bentuk organisasi yang paling sederhana dan paling tua. Digunakan di kalangan militer dengan jumlah karyawan yang masih sedikit dan saling kenal, dan spesialisasi kerja yang belum begitu tinggi.

       Kelebihan dari bentuk organisasi garis:

1)   Kesatuan komando baik karena pimpinan berada di atas satu tangan

2)   Proses pengambilan keputusan berjalan dengan cepat.

3)   Solidaritas karyawan tinggi karena saling kenal.

4)   Karyawan yang memiliki kecakapan yang tinggi serta yang rendah dapat segera diketahui, juga karyawan yang rajin dan malas.

       Kekurangan dari bentuk organisasi garis:

1)   Jika sang pemimpin tidak mampu maka akan mudah jatuh.

2)   Ada kecenderungan bertindak otokratis.

3)   Kesempatan berkembang terbatas.

b.    Organisasi Fungsional, pimpinan-pimpinan yang ada tidak mempunyai bawahan yang jelas karena setiap pimpinan mempunyai wewenang memberikan komando sepanjang ada hubungannya dengan fungsi atasan tersebut.

       Kelebihan dari bentuk organisasi fungsional:

1)   Pembagian tugas jelas.

2)   Spesialisasi karyawan dapat dikembangkan dan digunakan dengan maksimal.

3)   Digunakan tenaga ahli dalam berbagai bidang sesuai dengan fungsi-fungsinya.

4)   Solidaritas kerja, semangat kerja karyawan tinggi.

5)   Koordinasi berjalan lancar dan tertib.

       Kekurangan dari bentuk organisasi fungsional:

1)   Spesialilsasi menyebabkan susah “tour of duty”.

2)   Karyawan mementingkan bidangnya sehingga sukar melaksanakan koordinasi menyeluruh.

3)   Koordinasi sukar dilaksanakan.

4)   Menimbulkan rasa kelompok yang sangat sempit dari bagian yang sama sehingga sering timbul konflik.

c.    Organisasi Garis dan Staf, biasanya digunakan oleh organisasi besar dengan daerah kerja yang luas dengan bidang tugas yang beraneka ragam serta rumit. Memiliki satu atau lebih tenaga staf tenaga ahli yang memberi saran atau nasihat.

     Kelebihan dari bentuk organisasi garis dan staf:

1)   Dapat digunakan oleh tenaga organisasi sebesar apapun dan sekompleks apa pun.

2)   Keputusan yang matang dan sehat dapat diperoleh karena adanya tenaga ahli.

3)   Terdapatnya pembagian tugas antara pimpinan dengan pelaksana sebagai akibat adaya staf ahli.

4)   Dapat mewujudkan “The right man in the right place”.

5)   Semangat kerja bertambah besar karena pekerjaannya disesuaikan dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki.

6)   Koordinasi lebih baik karena adanya pembagian tugas yang terperinci.

       Kekurangan dari bentuk organisasi garis dan staf:

1)   Solidaritas sukar diwujudkan karena tidak saling kenal.

2)   Koordinasi kadang sukar diterapkan karena terlalu luasnya organisasi.

3)   Dapat terjadi adanya perintah sendiri-sendiri padahal kewenangannya berbeda.

4)   Kesatuan komando berkurang.

5)   Koordinasi kurang baik pada tingkat staf dapat mengakibatkan adanya hambatan pelaksanaan tugas.

   Sebagai tambahan, bentuk-bentuk organisasi yang sering digunakan adalah sebagai berikut:

d.   Organisasi Staf dan Fungsional, kombinasi organisasi staf dan funsional, memiliki kekurangan dan kelebihan seperti halnya organisasi staf dan fungsional. Adapun kebaikan dan keburukan dari bentuk organisasi ini adalah juga merupakan kombinasi dari bentuk diatas.

e.    Organisasi Panitia, dibentuk hanya untuk sementara waktu saja, setelah tugas selesai maka selesailah organisasi tersebut.

      Kelebihan dari bentuk organisasi panitia:

1)   Segala keputusan dipertimbangkan masak-masak dalam pembahasan yang dalam dan terperinci.

2)   Kemungkinan pimpinan bertindak otoriter sangat kecil.

3)   Koordinasi kerja telah dibahas oleh suatu tim.

       Kekurangan dari bentuk organisasi panitia:

1)   Proses pengambilan keputusan memerlukan diskusi yang berlarut-larut yang menghambat pelaksanaan tugas.

2)   Tanggung jawabnya tidak jelas, karena tanggung jawabnya sama.

3)   Kreativitas karyawan terhambat dan sukar untuk dikembangkan, karena faktor kreativitas lebih dipentingkan.

f.     Organisasi Matriks, bentuknya menunjukkan bahwa para spesialis di masing-masing bagian dikumpulkan menjadi satu untuk mengerjakan suatu proyek.

        Kelebihan dari bentuk organisasi matriks, yaitu fleksibilitas dan kemampuan dalam memperhatikan masalah khusus maupun persoalan teknis serta pelaksanaan kegiatan organisasi matriks tidak mengganggu struktur organisasi yang ada.

         Kekurangan dari bentuk organisasi matriks, yaitu jika manajer proyek tidak bisa mengoordinir bagian-bagian yang berbeda tersebut, akan terjadi kesulitan dalam memadukan tim karena adanya penyimpangan pelaksanaan kesatuan perintah dimana satu pimpinan untuk masing-masing individu.

g.    Organisasi Komite, tugas kepemimpinan dan tugas tertentu dilaksanakan secara kolektif oleh sekelompok pejabat, yang kemudian disebut komite atau dewan.

      Kelebihan dari bentuk organisasi komite:

1)   Proses pembuatan keputusan melalui musyawarah pemegang saham atau dewan.

2)   Kecil kemungkinan terjadi kepimpinan otokratis.

3)   Pengembangan karir terjamin.

       Kekurangan dari bentuk organisasi komite:

1)   Proses pengambilan keputusan berlangsung lamban.

2)   Biaya operasional rutin tinggi.

3)   Seringkali terjadi penghindaran tanggung jawab ketika terjadi masalah.



1.4.    Prinsip-Prinsip Organisasi

a.    Menurut Henry Fayol, Beliau merumuskan 14 prinsip administrasi organisasi yang dalam adaptasi luas bisa diterapkan sebagai prinsip manajemen atau prinsip-prinsip organisasi. Berikut prinsip-prinsip tersebut:

1)        Pembagian Kerja, organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja untuk meraih tujuan bersama. Namun, pada dasarnya, sebuah organisasi terdiri atas bagian-bagian tertentu yang masing-masing memiliki tanggung jawab. Oleh karena itu, harus ada pembagian kerja yang jelas antara tiap-tiap bagian. Prinsip-prinsip organisasi berupa pembagian kerja akan memberi pengaruh positif pada efisiensi dan efektivitas organisasi. Pembagian itu menghindarkan sekelompok orang terkonsentrasi pada pekerjaan tertentu, sementara pekerjaan yang lain terbengkalai.

2)        Pendelegasian Wewenang, pendelegasian wewenang sangat penting agar setiap elemen dalam organisasi memiliki rasa tanggung jawab. Prinsip-prinsip organisasi ini di satu sisi merupakan bagian dari pembagian kerja dan di sisi lain merupakan pelimpahan tanggung jawab. Di samping itu, pendelegasian wewenang sangat penting fungsinya dalam komando.

3)        Disiplin, setiap organisasi pasti memiliki tata tertib dan peraturan-peraturan menyangkut sistem kerja. Namun, semua tata tertib dan peraturan itu menjadi tidak ada artinya jika tidak ditunjang dengan kedisiplinan para pelaksananya. Oleh karena itu, disiplin dalam suatu organisasi adalah prinsip-prinsip organisasi yang sangat mendasar yang mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan.

4)        Kesatuan Komando, komando dalam hal ini adalah kepemimpinan dalam menjalankan visi dan misi organisasi. Dalam pelaksanaan lapangan, komando dan wewenang bisa didelegasikan kepada struktur di bawahnya. Namun, hakikatnya, komando tetap harus tunggal. Adanya lebih dari satu komando akan membuat organisasi bergerak tidak fokus pada tujuan.

5)        Kesatuan Tujuan, organisasi tanpa tujuan yang jelas adalah omong kosong. Tujuan organisasi harus tergambar dengan jelas dalam visi dan misi organisasi tersebut. Sebab, tujuan organisasi ini menjadi acuan gerak dan program kerja. Kesatuan tujuan dari seluruh jenjang organisasi merupakan kunci pokok keberhasilan organisasi tersebut dalam mengorganisasi elemen-elemennya.

6)        Prioritas, setiap anggota organisasi pasti memiliki kepentingan masing-masing. Kadang-kadang, kepentingan individu itu berjalan selaras dengan kepentingan organisasi. Namun, saat kepentingan tersebut bertentangan, setiap anggota organisasi semestinya mendahulukan kepentingan organisasinya.Inilah prinsip-prinsip organisasi.

7)        Penghargaan atas Prestasi dan Sanksi Kesalahan, penghargaan dan sanksi adalah semacam stimulasi bagi setiap anggota organisasi. Ini merupakan bentuk apresiasi. Bentuknya tidak harus selalu uang atau nilai-nilai nominal. Tiap-tiap organisasi perlu menerapkan penghargaan dan sanksi ini dalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan organisasi tersebut. Prinsip-prinsip organisasi ini juga sangat penting diterapkan.

8)        Sentralisasi dan Desentralisasi Pengambilan Keputusan, sentralisasi dan desentralisasi dalam pengambilan keputusan sangat erat hubungannya dengan efektivitas dan efisiensi organisasi. Organisasi yang baik menerapkan prinsip-prinsip organisasi ini secara proporsional. Ada hal-hal yang tidak bisa disentralisasikan kepada pemimpin manajemen dan begitu juga sebaliknya. Tidak semua keputusan harus diambil dengan musyawarah yang melibatkan seluruh elemen. Tingkat-tingkat keputusan itu dikembangkan sesuai jenjang dan kapasitas masing-masing.

9)        Wewenang, garis wewenang dari atas sampai ke bawah merupakan rujukan dalam pelaksanaan program. Setiap elemen organisasi harus memahami garis wewenang sehingga tidak terjadi kelambatan birokratis atau sebaliknya. Prinsip-prinsip organisasi berupa garis wewenang ini juga berfungsi menegaskan kembali kesatuan komando.

10)    Tata Tertib, tata tertib dalam organisasi berfungsi untuk meletakkan orang yang tepat pada posisi yang tepat. Dengan demikian, kinerja organisasi akan berjalan dengan optimal.

11)    Keadilan dan Kejujuran, keadilan dalam segala elemen merupakan syarat mutlak dalam organisasi. Di samping itu, jenjang atas harus jujur dan terbuka kepada jenjang-jenjang di bawahnya sampai level akar rumput. Kejujuran ini akan membawa dampak pada kepercayaan bawahan kepada atasan.

12)    Stabilitas dan Regulasi, harus diperhatikan masa kerja yang efektif dan efisien, mengatur perputaran dan peralihan tugas untuk menghindari kejenuhan dan merangsang pembaruan-pembaruan. Namun, di sisi lain, harus dipikirkan agar regulasi tersebut tidak menjadi beban bagi organisasi. Sebab, perputaran dan pergantian jabatan yang terlalu tinggi pun berpengaruh buruk pada efektivitas kerja dan efisiensi biaya.

13)    Inisiatif, organisasi yang baik harus mampu menumbuhkan inisiatif anggotanya dalam pengelolaan organisasi. Iklim organisasi juga harus dibangun sedemikian rupa agar mampu menstimulasi munculnya ide dan inisiatif anggota dari berbagai jenjang. Inisiatif adalah prinsip-prinsip organisasi yang juga sangat penting.

14)    Keselarasan dan Persatuan, hubungan interpersonal antaranggota organisasi memiliki pengaruh sangat besar dalam kinerja anggota. Tanpa hubungan yang baik dan selaras, organisasi tidak akan berjalan baik. Di samping itu, keselarasan tersebut sangat penting perannya dalam memelihara persatuan dan kesatuan anggota.



b.    A.M. Williams yang mengemukakan pendapatnya cukup lengkap dalam bukunya “Organization of Canadian Government Administration” (1965), bahwa prinsip-prinsip organisasi meliputi:

1)        Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas, organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan demikian tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya, organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas sebagai suatu organisasi, mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain, memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan lain lain.

2)        Prinsip Skala Hirarkhi, dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban, dan akan menunjang efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.

3)        Prinsip Kesatuan Perintah, dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab kepada seorang atasan saja.

4)        Prinsip Pendelegasian Wewenang, seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan dengan orang lain, mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih dahulu kepada atasannya lagi.

5)        Prinsip Pertanggungjawaban, dalam menjalankan tugasnya setiap anggota harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada atasan.

6)        Prinsip Pembagian Pekerjaan, suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta menunjang efektivitas jalannya organisasi.

7)        Prinsip Rentang Pengendalian, jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya.

8)        Prinsip Fungsional, seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari pekerjaannya.

9)        Prinsip Pemisahan, beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain.

10)    Prinsip Keseimbangan, keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan melalui aktivitas/ kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya sederhana (tidak kompleks) contoh ‘koperasi di suatu desa terpencil’, struktur organisasinya akan berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar seperti di Jakarta, Bandung, atau Surabaya.

11)    Prinsip Fleksibilitas, organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena adanya pengaruh di luar organisasi (external factor), sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya.

12)    Prinsip Kepemimpinan, dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut. 



1.5.    Sebab Keberhasilan dan Kegagalan Organisasi

   Sebelum membahas tentang keberhasilan dan kegagalan organisasi, ada baiknya kita mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi organisasi. Berikut enam faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi:

a.    Tujuan

    Visi, misi dan tujuan yang jelas akan membantu tim dalam bekerja. Namun hal tersebut belum cukup jika visi, misi dan tujuan yang ditetapkan tidak sejalan dengan kebutuhan dan tujuan para anggota.

b.   Tantangan

    Manusia dikarunia mekanisme pertahanan diri yang disebut “fight” atau “flight syndrome”. Ketika dihadapkan pada suatu tantangan, secara nalurimanusia akan melakukan suatu tindakan untuk menghadapi tantangan tersebut (fight) atau menghindar (flight). Dalam banyak kasus tantangan yang ada merupakan suatu rangsangan untuk mencapai kesuksesan. Dengan kata lain tantangan tersebut justru merupakan motivator.

     Namun demikian tidak semua pekerjaan selalu menghadirkan tantangan. Sebuah tim tidak selamanya akan menghadapi suatu tantangan. Pertanyaannya adalah bagaimana caranya memberikan suatu tugas atau pekerjaan yang menantang dalam interval. Salah satu kriteria yang dapat dipakai sebagai acuan apakah suatu tugas memiliki tantangan adalah tingkat kesulitan dari tugas tersebut. Jika terlalu sulit, mungkin dapat dianggap sebagai hal yang mustahil dilaksanakan, maka tim bisa saja menyerah sebelum mulai mengerjakannya. Sebaliknya, jika terlalu mudah maka tim juga akan malas untuk mengerjakannya karena dianggap tidak akan menimbulkan kebanggaan bagi yang melakukannya.

c.    Keakraban

      Tim yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akraban satu sama lain, setia kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota tim saling menyukai dan berusaha keras untuk mengembangankan dan memelihara hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal menjadi sangat penting karena hal ini akan merupakan dasar terciptanya keterbukaan dan komunikasi langsung serta dukungan antara sesama anggota tim.

d.   Tanggung jawab

     Secara umum, setiap orang akan terstimulasi ketika diberi suatu tanggung jawab. Tanggung jawab mengimplikasikan adanya suatu otoritas untuk membuat perubahan atau mengambil suatu keputusan. Tim yang diberi tanggung jawab dan otoritas yang proporsional cenderung akan memiliki motivasi kerja yang tinggi.

e.    Kesempatan untuk Maju

    Setiap orang akan melakukan banyak cara untuk dapat mengembangkan diri, mempelajari konsep dan ketrampilan baru, serta melangkah menuju kehidupan yang lebih baik. Jika dalam sebuah team setiap anggota merasabahwa team tersebut dapat memberikan peluang bagi mereka untuk melakukanhal-hal tersebut di atas maka akan tercipta motivasi dan komitment yang tinggi. Hal ini penting mengingat bahwa perkembangan pribadi memberikan nilai tambah bagi individu dalam meningkatkan harga diri.

f.     Kepemimpinan

    Tidak dapat dipungkiri bahwa leadership merupakan faktor yang berperan penting dalam mendapatkan komitment dari anggota team. Leader berperan dalam menciptakan kondisi kondusif bagi team untuk bekerja dengan tenang dan harmonis. Seorang leader yang baik juga dapat memahami enam faktor yang dapat menimbulkan motivasi seperti yang disebutkan diatas.

    Sebab keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi bisa dipengaruhi oleh dua faktor umum, yaitu dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam organisasi, misalnya dari para anggota, pemimpin, cara pengaturan dan pengembangan organisasi, dan sebagainya. Faktor eksternal biasanya dari pihak luar organisasi yang ingin menghancurkan organisasi tersebut.



~ Sekian ~



Sumber :

Hendro. 2010. Kewirausahaan untuk SMK dan MAK Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
















Catatan Author :

Terima kasih banyak atas semua sumber yang telah memberikan berbagai macam informasi, sehingga saya bisa membuat artikel ini. Sekali lagi, terima kasih banyak. :”D

Maaf jika format penulisannya jelek atau semacamnya. Saya copas dari pekerjaan saya di Microsoft Word yang sebenarnya rapi. Tapi jika ingin melihat hasil pekerjaan saya yang asli, bisa klik [Download]. 

Tidak ada komentar: