GUNDAM SEED/DESTINY © Masatsugu Iwase, Yohiyuki Tomino, Hajime
Yatate © SUNRISE
Rin Shouta
Present
.
Precious Rose
Rate : T
Genre : Tragedy, Angst, War, etc.
Pairing :
AsuCaga
Warning :
First Canon, OOC, Typos, AU, GaJe, dsb.
.
Summary : ORB Union adalah
tempat tinggalku. Namun sekarang yang tersisa hanya puing-puing. Bahkan
aku tidak yakin ada yang bisa bertahan hidup setelah perang dahsyat
antara Coordinator dan Natural yang terjadi di ORB. Andai aku berada di
sana saat itu, mungkin aku bisa menyelamatkan mereka, walau tidak semua
penduduk bisa kuselamatkan. Full of Cagalli's POV.
.
.
.
Chapter 10
Sudah sejam lebih beberapa menit,
aku terbaring di atas kasur tanpa melakukan apa-apa. Pikiranku terus tertuju
pada perkataan Athrun tadi dan tanpa sadar mataku terus memperhatikan sebuah
kalung yang ada di leherku. Pandanganku pun beralih ke arah dua buah foto yang
ada di atas meja.
“Aku tak bisa berdiam diri seperti ini,” putusku sambil
berusaha bangkit dari kasur.
Kucabut selang infus yang ada di tangan kananku lalu
berjalan keluar dengan bantuan tiang penggantung infus.
Tak butuh waktu lama untukku sampai di ruang pengendali
kapal Archangel yang kutumpangi ini. Kulihat sosok Kisaka sedang memberikan
beberapa arahan pada CIC. Aku berjalan mendekatinya. Ternyata selama ini Kisaka
yang menjadi Kapten Archangel. “Kisaka-san,”
panggilku.
“Cagalli!?” Sepertinya ia kaget melihatku datang.
“Aku baru tahu kalau kau yang menjadi Kapten Archangel ini,”
kataku sambil tersenyum.
“Archangel?” Nada heran memenuhi perkataannya.
“Sepertinya Puteri ORB kita belum sadar kalau kapal yang
sedang ditumpanginya adalah kapal Kusanagi. Salah satu dari ketiga tipe kapal
dari Izumo-class,” kata seseorang
yang sangat kukenali bernama Erica Simmons. Aku berbalik dan terlihat seorang
wanita berumur dua puluh tahunan tengah tersenyum padaku. “Selamat datang
kembali, Cagalli.”
Mendengar perkataannya membuatku tertawa pelan. “Terima
kasih, kukira hanya aku yang tersisa. Ternyata masih banyak yang bisa bertahan
hidup dari pertempuran besar-besaran ZAFT dan OMNI waktu itu.”
Erica berjalan mendekatiku. “Apa yang kau lakukan di sini?
Keadaanmu masih belum membaik.”
Aku menggeleng pelan. “Aku tak bisa berdiam diri di sana
sementara kalian bertempur untuk menghentikan perang ini. Aku... juga ingin
bertempur dengan kalian,” kataku sambil menatap Erica dengan pandangan
bersungguh-sungguh.
Kulihat ia terdiam lalu tersenyum. “Yakin, kau tidak
apa-apa?”
Aku mengangguk dengan mantap.
“Kalau begitu, cepat ganti baju. Kita akan berdiskusi
mengenai G.E.N.E.S.I.S. yang akan menghancurkan Bumi setelah markas OMNI di
Bulan sudah mereka lenyapkan.” Perkataan dari Kisaka membuatku terperangah.
“A-apa...?”
.
.
.
Sekali lagi kutatap kedua telapak tanganku yang terlihat
semakin memerah. Rasa sakit yang sebelumnya menghantuiku, kini menghilang
secara perlahan. Aku kembali berjalan menuju tempat kendali kapal Eternal yang
dikapteni Lacus Clyne yang menjadi tempat untuk berdiskusi tentang
G.E.N.E.S.I.S.. Saat pintu terbuka, kulihat para Kapten dan Wakilnya sudah
berkumpul. Di sana juga ada Kira dan Athrun yang kuyakini berstatus sebagai
pilot mobile suit Freedom. Tapi aku tidak tahu mengenai mobile suit yang
dikendarai Athrun.
“Aku senang kau terlihat lebih sehat, Cagalli-hime,” kata laki-laki berambut pirang
yang berdiri di samping Athrun.
Aku hanya mengangguk dan mengambil posisi tepat di samping
Kisaka sebagai Wakil Kapten dari kapal Kusanagi. “Bisa kau jelaskan lebih rinci
mengenai data yang kau dapat ini, Cagalli?” Aku melangkah mendekati sebuah
monitor berbentuk meja setelah Kisaka memintaku untuk menjelaskannya. “Dari
data yang kucuri, G.E.N.E.S.I.S. atau singkatan dari Gamma Emission by Nuclear
Explosion Stimulate Inducing System akan aktif kembali setelah pergantian mesin
dilakukan, namun kita tidak tahu kapan pihak ZAFT akan menembaknya lagi. Jika
kita perhitungkan jarak dan arah dari mesin ini sekarang maka akan terarah
ke...”
“Tidak mungkin...” Lacus menatapku tidak percaya.
Pandanganku kosong begitu tahu arah dari tembakan
G.E.N.E.S.I.S. nanti.
“Serangan pertama tertuju pada bagian barat Bumi, tepatnya
Benua Eropa lalu meluas ke seluruh permukaan Bumi,” jelasku. “Kalau begitu, tak
ada waktu lagi untuk berdiam diri di sini. Ayo, kita lakukan sekarang.”
Semuanya mengangguk.
Saat aku berjalan mengikuti Kisaka, tiba-tiba Kira menahan
lenganku. “Cagalli.”
“Kira?” Aku berusaha untuk tersenyum ramah padanya.
“Jangan sampai mati. Kau bisa ‘kan bertahan sekali lagi?”
Kulihat sosok Athrun tersenyum di belakang Kira setelah
mengangguk kecil padaku. ‘Pasti dia sudah
mengatakannya pada Kira.’ Aku mengangguk sekali dan berkata, “kau juga
harus bertahan. Jangan biarkan dirimu mati di tempat seperti ini.”
To Be Continued
NOTE : Fanfic ini asli punya saya yang pernah dipublish di
FFn. Saya punya 2 pen name, yaitu Setsuko Mizuka (pairing:straight) dan
Oto Ichiiyan (pairing:malexmale). ._. Bisa dibilang, Mizuka itu
straight dan Ichiiyan itu diri saya yang ke arah Fujo. Masih gak ngerti?
Yaudah... -_-o
Tidak ada komentar:
Posting Komentar