Senin, 13 Juli 2015

[Gundam SEED/Destiny] Precious Rose 10


GUNDAM SEED/DESTINY © Masatsugu Iwase, Yohiyuki Tomino, Hajime Yatate © SUNRISE
  Rin Shouta 
Present
.
Precious Rose
Rate : T
Genre : Tragedy, Angst, War, etc.
Pairing : AsuCaga
Warning : First Canon, OOC, Typos, AU, GaJe, dsb.
.
Summary : ORB Union adalah tempat tinggalku. Namun sekarang yang tersisa hanya puing-puing. Bahkan aku tidak yakin ada yang bisa bertahan hidup setelah perang dahsyat antara Coordinator dan Natural yang terjadi di ORB. Andai aku berada di sana saat itu, mungkin aku bisa menyelamatkan mereka, walau tidak semua penduduk bisa kuselamatkan. Full of Cagalli's POV.
.
.
.
Chapter 10
The Pain



Sudah sejam lebih beberapa menit, aku terbaring di atas kasur tanpa melakukan apa-apa. Pikiranku terus tertuju pada perkataan Athrun tadi dan tanpa sadar mataku terus memperhatikan sebuah kalung yang ada di leherku. Pandanganku pun beralih ke arah dua buah foto yang ada di atas meja.

“Aku tak bisa berdiam diri seperti ini,” putusku sambil berusaha bangkit dari kasur.

Kucabut selang infus yang ada di tangan kananku lalu berjalan keluar dengan bantuan tiang penggantung infus.

Tak butuh waktu lama untukku sampai di ruang pengendali kapal Archangel yang kutumpangi ini. Kulihat sosok Kisaka sedang memberikan beberapa arahan pada CIC. Aku berjalan mendekatinya. Ternyata selama ini Kisaka yang menjadi Kapten Archangel. “Kisaka-san,” panggilku.

“Cagalli!?” Sepertinya ia kaget melihatku datang.

“Aku baru tahu kalau kau yang menjadi Kapten Archangel ini,” kataku sambil tersenyum.

“Archangel?” Nada heran memenuhi perkataannya.

“Sepertinya Puteri ORB kita belum sadar kalau kapal yang sedang ditumpanginya adalah kapal Kusanagi. Salah satu dari ketiga tipe kapal dari Izumo-class,” kata seseorang yang sangat kukenali bernama Erica Simmons. Aku berbalik dan terlihat seorang wanita berumur dua puluh tahunan tengah tersenyum padaku. “Selamat datang kembali, Cagalli.”

Mendengar perkataannya membuatku tertawa pelan. “Terima kasih, kukira hanya aku yang tersisa. Ternyata masih banyak yang bisa bertahan hidup dari pertempuran besar-besaran ZAFT dan OMNI waktu itu.”

Erica berjalan mendekatiku. “Apa yang kau lakukan di sini? Keadaanmu masih belum membaik.”

Aku menggeleng pelan. “Aku tak bisa berdiam diri di sana sementara kalian bertempur untuk menghentikan perang ini. Aku... juga ingin bertempur dengan kalian,” kataku sambil menatap Erica dengan pandangan bersungguh-sungguh.

Kulihat ia terdiam lalu tersenyum. “Yakin, kau tidak apa-apa?”

Aku mengangguk dengan mantap.

“Kalau begitu, cepat ganti baju. Kita akan berdiskusi mengenai G.E.N.E.S.I.S. yang akan menghancurkan Bumi setelah markas OMNI di Bulan sudah mereka lenyapkan.” Perkataan dari Kisaka membuatku terperangah.

“A-apa...?”

.
.
.

Sekali lagi kutatap kedua telapak tanganku yang terlihat semakin memerah. Rasa sakit yang sebelumnya menghantuiku, kini menghilang secara perlahan. Aku kembali berjalan menuju tempat kendali kapal Eternal yang dikapteni Lacus Clyne yang menjadi tempat untuk berdiskusi tentang G.E.N.E.S.I.S.. Saat pintu terbuka, kulihat para Kapten dan Wakilnya sudah berkumpul. Di sana juga ada Kira dan Athrun yang kuyakini berstatus sebagai pilot mobile suit Freedom. Tapi aku tidak tahu mengenai mobile suit yang dikendarai Athrun.

“Aku senang kau terlihat lebih sehat, Cagalli-hime,” kata laki-laki berambut pirang yang berdiri di samping Athrun.

Aku hanya mengangguk dan mengambil posisi tepat di samping Kisaka sebagai Wakil Kapten dari kapal Kusanagi. “Bisa kau jelaskan lebih rinci mengenai data yang kau dapat ini, Cagalli?” Aku melangkah mendekati sebuah monitor berbentuk meja setelah Kisaka memintaku untuk menjelaskannya. “Dari data yang kucuri, G.E.N.E.S.I.S. atau singkatan dari Gamma Emission by Nuclear Explosion Stimulate Inducing System akan aktif kembali setelah pergantian mesin dilakukan, namun kita tidak tahu kapan pihak ZAFT akan menembaknya lagi. Jika kita perhitungkan jarak dan arah dari mesin ini sekarang maka akan terarah ke...”

“Tidak mungkin...” Lacus menatapku tidak percaya.

Pandanganku kosong begitu tahu arah dari tembakan G.E.N.E.S.I.S. nanti.

“Serangan pertama tertuju pada bagian barat Bumi, tepatnya Benua Eropa lalu meluas ke seluruh permukaan Bumi,” jelasku. “Kalau begitu, tak ada waktu lagi untuk berdiam diri di sini. Ayo, kita lakukan sekarang.”

Semuanya mengangguk.

Saat aku berjalan mengikuti Kisaka, tiba-tiba Kira menahan lenganku. “Cagalli.”

“Kira?” Aku berusaha untuk tersenyum ramah padanya.

“Jangan sampai mati. Kau bisa ‘kan bertahan sekali lagi?”

Kulihat sosok Athrun tersenyum di belakang Kira setelah mengangguk kecil padaku. ‘Pasti dia sudah mengatakannya pada Kira.’ Aku mengangguk sekali dan berkata, “kau juga harus bertahan. Jangan biarkan dirimu mati di tempat seperti ini.”

To Be Continued

NOTE : Fanfic ini asli punya saya yang pernah dipublish di FFn. Saya punya 2 pen name, yaitu Setsuko Mizuka (pairing:straight) dan Oto Ichiiyan (pairing:malexmale). ._. Bisa dibilang, Mizuka itu straight dan Ichiiyan itu diri saya yang ke arah Fujo. Masih gak ngerti? Yaudah... -_-o

Tidak ada komentar: