Rabu, 15 Juli 2015

[Gundam SEED/Destiny] Precious Rose 11



GUNDAM SEED/DESTINY © Masatsugu Iwase, Yohiyuki Tomino, Hajime Yatate © SUNRISE
  Rin Shouta 
Present
.
Precious Rose
Rate : T
Genre : Tragedy, Angst, War, etc.
Pairing : AsuCaga
Warning : First Canon, OOC, Typos, AU, GaJe, dsb.
.
Summary : ORB Union adalah tempat tinggalku. Namun sekarang yang tersisa hanya puing-puing. Bahkan aku tidak yakin ada yang bisa bertahan hidup setelah perang dahsyat antara Coordinator dan Natural yang terjadi di ORB. Andai aku berada di sana saat itu, mungkin aku bisa menyelamatkan mereka, walau tidak semua penduduk bisa kuselamatkan. Full of Cagalli's POV.
.
.
.
Chapter 11
The End of War



Aku menutup kedua mataku setelah memasang sabuk pengaman dan memakai alat pelindung kepala. “Ini pertempuran terakhir, sasaran utama yaitu menghancurkan G.E.N.E.S.I.S.,” gumamku lalu membuka kedua mataku. Kuaktifkan phase shift MBF-02 Strike Rouge yang khusus dibuat oleh Erica untukku.

“Kau siap, Cagalli?” tanya Erica di radio komunikasi.

Aku hanya mengangguk. “Strike Rouge. Cagalli Yula Athha. Meluncur!”

“U-ugh.” Baru saja Strike Rouge lepas landas, kedua tanganku tak bisa bergerak sama sekali. “A-apa yang terjadi?” Mataku melotot saat tanganku bergerak dengan lincah memegang kendali mesin. Aku sendiri sampai tak bisa membaca semua tulisan yang ada di layar monitor.

“Cagalli, di belakangmu!”

Suara peringatan dari Athrun memenuhi radio komunikasi.

Namun terlambat, serangan mendadak dari musuh berhasil mengenai bagian belakang Strike Rouge. Sontak aku putar kendali untuk berbalik dan kutembakan 57mm High-energy Beam Rifle ke arah tiga GINN yang menyerangku tadi. Kutembakan sekali lagi ke arah dua mobile armor milik Bumi yang mendekatiku bersamaan dengan "Igelstellung" 75mm multi-barrel Anti Air CIWS dan berhasil mengenai mereka.

“Cagalli!”

Seseorang yang kukenal memanggil namaku sebelum Strike Rouge diserang lagi. “Dearka?”

“Berhati-hatilah, baik pihak ZAFT dan OMNI berencana untuk membunuhmu.”

“Eh? T-tunggu! B-bagaimana bisa kau tahu nama asliku dan kenapa...”

“Kuceritakan nanti, yang terpenting aku ditugasi Kapten Murrue untuk menjagamu dari hal-hal buruk yang mungkin akan terjadi padamu selama pertempuran berlangsung.” Aku hanya diam lalu meringis karena perutku terasa panas. “Cagalli, kau masih mendengarku, kan? Apa kau pernah dipaksa untuk meminum sebuah kapsul oleh seorang tentara ZAFT?”

Deg. “A-apa?”

“Apa kau pernah dipaksa untuk meminum sebu—”

—sing, sing, sing! Perkataan Dearka tak bisa kudengar lagi setelah Strike Rouge diserang lagi oleh... Archangel!? “A-apa-apaan ini!? Kenapa Archangel...?”

“Tenang, Cagalli. Itu Dominion, semacam duplikat Archangel yang dibuat pihak Bumi.”

Aku kembali menghindar ketika tembakan laser darinya tertuju padaku.

“Cagalli, serahkan Dominion pada Archangel,” kata seseorang yang kuyakini adalah Kapten Archangel, yaitu Kapten Murrue. Aku menurut dan meluncur mendekati Jachin Due, tempat G.E.N.E.S.I.S. itu berada. Namun lagi-lagi ada yang menghalangiku dan itu... “Yzak,” lirihku.

“Takkan kubiarkan kau lewat, Caggy Yula. Tidak, maksudku, Cagalli Yula Athha.”

“Yzak! Hentikan!”

Buster meluncur melewatiku sambil menembaki Duel yang dikendarai Yzak.

Hal itu membuatku mendapatkan celah untuk mendekati Jachin Due. Dengan segera aku meluncur memasuki Jachin Due dan pergi mencari tempat pengontrol G.E.N.E.S.I.S.. “S-sial! Di saat seperti ini, tanganku...” Kupaksakan diriku untuk terus memasuki Jachin Due, namun sebuah ledakan terjadi dari arah dalam. “AAARGH!” Strike Rouge hampir terpental lebih jauh ke belakang kalau saja mobile suit berwarna merah itu tidak menahannya.

“Cagalli, kau tidak apa-apa?”

Aku terlonjak kaget. “A-Athrun—aaargh!” Rasa sakit di perutku muncul lagi.

“Kapsul itu pasti mulai bereaksi!”

“A-apa maksudmu, A-Athrun?” tanyaku sambil menahan rasa sakit.

“Seseorang secara paksa meminumkanmu sebuah kapsul saat kau di penjara, kan?”

Aku terdiam sebentar, “ya. Lalu apa m-masalahnya?”

“Kau akan berubah menjadi seorang coordinator.” Penjelasan yang terlalu singkat, padat, dan tidak jelas itu tentu saja membuatku tidak percaya.  ‘Bagaimana bisa natural berubah menjadi coordinator? Ini gila!’

“Memang tak ada efek lainnya selain rasa panas dan lainnya seperti yang kau rasakan sekarang. Dengan itu kau bisa menghentikan perang, tapi risiko terburuknya saat kau tidak tahan dengan rasa sakitnya, kau akan mengamuk dan menghancurkan semua yang ada di sekitarmu. Tak peduli itu teman atau lawan, kau akan menyerangnya. Aku tidak tahu alasan apa yang membuat orang itu melakukannya padamu, tapi kami semua percaya kalau kau bisa bertahan sampai akhir.”

Mendadak tubuhku melemas mendengarnya. “Jadi karena ini, kalian memintaku untuk bertahan?”

“Memang kau mau, semesta alam ini hancur karena ulahmu?”

“SIAAAL!” Aku berteriak kesal karena rasa sakit itu kembali kurasakan.

Gamma Emission by Nuclear Explosion Stimulate Inducing System, aktif. 100 detik penghitungan mundur dimulai dari sekarang.” Napasku berhenti sesaat setelah mendengar suara itu dari dalam. Segera aku meluncur mendekati asal suara lalu mendaratkan Strike Rouge di dekat pagar pembatas untuk mempermudahkanku menuju sebuah pintu yang baru saja terbuka. Aku sedikit tersentak begitu melihat para operator ZAFT berlari keluar ruangan itu.

“Ayo, Cagalli!”

Aku mengangguk sambil menahan rasa panas di tubuhku.

Langkah Athrun tiba-tiba terhenti di ambang pintu. Aku berusaha mengintip lewat celah-celah tubuhnya. “Athrun, Ayahmu...” lirihku setelah melihat Patrick Zala melayang di udara dengan darah yang keluar dari dada sebelah kanannya. Athrun pergi mendekat, aku pun mengikutinya dan melihat seseorang yang tak asing di mataku juga melayang dengan luka tembakan di dadanya. Tidak salah lagi, dia orang yang memaksaku untuk minum kapsul itu saat aku di penjara.

“Ayah! Ayah!”

“Ath...run... G.E.N.E.S.I.S. sudah...”

Belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, malaikat maut sudah mencabut nyawanya.

Aku berdiri lalu bergerak mendekati satu monitor. Di sana ada timer otomatis yang masih menyala dan bisa kupastikan untuk menghitung kapan G.E.N.E.S.I.S. aktif. Dengan waktu yang tersisa, aku berusaha untuk menonaktifkannya namun tidak bisa. Timer itu terus menyala dan waktu yang tersiksa tinggal 80 detik lagi. “Sial! Tidak bisa dimatikan!” seruku kesal.

Tanpa pikir panjang, aku kembali memasuki Strike Rouge.

“Cagalli! Apa yang akan kau lakukan!?”

Aku tak menjawabnya dan berusaha secepat mungkin untuk masuk lebih dalam lagi ke badan Jachin Due. “Cagalli! Berhenti!” Kulirik sebentar layar monitor yang memperlihat mobile suit Justice milik Athrun tengah mengejarku. “Jangan ikuti aku!” seruku sambil melepas perisai yang dipegang Strike Rouge untuk menahannya.

Saat aku sampai di tempat kosong, aku membuka tuas yang ada di sisi kanan kursiku. “A-aw! Aaargh! Sakit!” ringisku sambil memaksa tangan kananku untuk menekan beberapa tombol password pengaktifan bom dari Strike Rouge.

“Cagalli! Hentikan!”

Gerakan tanganku benar-benar berhenti saat tombol terakhir ingin kutekan.

“Apa kau bermaksud untuk bunuh diri, hah!?”

Tanganku terkepal. “Kau tak tahu sesakit apa aku menahannya, Athrun! Lagipula tak ada jaminan aku akan kembali seperti semula jika perang ini berakhir! Tubuhku... dan dengan tanganku, mungkin kalian bisa terbunuh!”

“Kita hadapi bersama! Bukankah kau sudah berjanji untuk bertahan sampai akhir!?”

Air mata turun begitu saja dari mataku. “Aku...”

“Kita hadapi bersama, ya?”

“Hei, apa kau mau ikut denganku?”

Nada suara Athrun mengingatkanku dengan ajakannya untuk bergabung dengan ZAFT dulu. Aku menunduk sebentar. “Aku tetap akan mengaktifkannya,” putusku sambil menekan tombol bernomor empat. “Sayonara...

To Be Continued

NOTE : Fanfic ini asli punya saya yang pernah dipublish di FFn. Saya punya 2 pen name, yaitu Setsuko Mizuka (pairing:straight) dan Oto Ichiiyan (pairing:malexmale). ._. Bisa dibilang, Mizuka itu straight dan Ichiiyan itu diri saya yang ke arah Fujo. Masih gak ngerti? Yaudah... -_-o

Tidak ada komentar: