Tugas Soft Skill : Perekonomian Indonesia
BAB 4
PDB, Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi
- Produk Domestik Bruto (PDB)
- Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi
- Pertumbuhan Ekonomi Selama Orde Baru Hingga Saat Ini
- Faktor-Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
- Perubahan Struktur Ekonomi
1.
Produk Domestik Bruto
Dalam bidang ekonomi, produk
domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi
oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu metode untuk
menghitung pendapatan nasional.
PDB diartikan sebagai nilai
keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut
dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB berbeda dari produk
nasional bruto karena memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri
yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total produksi
dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan
memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. Sebaliknya, PNB memperhatikan
asal usul faktor produksi yang digunakan.
PDB Nominal merujuk kepada nilai
PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan PDB riil (PDB Atas Dasar
Harga Konstan) mengoreksi angka PDB nominal dengan memasukkan pengaruh dari
harga.
PDB dapat dihitung dengan memakai
dua pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. Rumus
umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah:
PDB = konsumsi +
investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor - impor)
Di mana konsumsi adalah
pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi oleh sektor usaha,
pengeluaran pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impormelibatkan sektor
luar negeri.
Sementara pendekatan pendapatan
menghitung pendapatan yang diterima faktor produksi:
PDB = sewa + upah +
bunga + laba
Di mana sewa adalah pendapatan
pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga
untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
Secara teori, PDB dengan
pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun
karena dalam praktek menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit
dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran.
2.
Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses
perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju
keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat
diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian
yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan
ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Kesejahteraan masyarakat dari
aspek ekonomi dapat diukur dengan tingkat pendapatan nasional per kapita. Untuk
dapat meningkatkan pendapatan nasional, maka pertumbuhan ekonomi menjadi salah
satu target yang sangat penting yang harus dicapai dalam proses pembangunan
ekonomi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pada awal pembangunan ekonomi
suatu negara, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah
pertumbuhan. Untuk negara-negara seperti Indonesia yang jumlah penduduknya
sangat besar dan tingkat pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi ditambah
kenyataan bahwa penduduk Indonesia di bawah garis kemiskinan juga besar, maka
pertumbuhan ekonomi menjadi sangat penting dan lajunya harus jauh lebih besar
dibandingkan dengan laju pertumbuhan
penduduk agar peningkatan pendapatan masyarakat per kapita dapat tercapai.
Pertumbuhan ekonomi dapat
menurunkan tingkat kemiskinan dengan menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan
jumlah pekerja yang cepat dan merata. Pertumbuhan ekonomi juga harus disertai
dengan program pembangunan sosial .
Dalam GBHN, tujuan pembangunan
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indikator untuk mengukur
kesejahteraan adalah National Income.
Awal pembangunan ekonomi suatu negara
dengan prioritas:
a. Pertumbuhan
ekonomi
b. Distribusi
pendapatan
Proses pembangunan ekonomi merubah
struktur ekonomi secara mendasar:
a. Sisi
permintaan agregat, pendalaman struktur ekonomi didorong oleh peningkatan
national income yang berpengaruh terhadap selera masyarakat yang terefleksi
dalam pola konsumsinya.
b. Sisi
penawaran agregat, faktor pendorong utamanya adalah perubahan teknologi,
peningkatan SDM, dan penemuan material baru untuk produksi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan penambahan
GDP, sehingga terjadi peningkatan national income. National income dapat
merujuk pada GDP, GNP atau NNP (Net national Product).
a. GNP
= GDP + F, dimana F = pendapatan neto atas faktor luar negeri
b. NNP
= GNP – D, dimana D = depresiasi
c. NP
= NNP – Ttl, dimana Ttl = pajak tidak langsung neto.
d. GDP
= NP + Ttl + D – F
e. NP
= GDP + F – D- Ttl
3.
Pertumbuhan Ekonomi Selama Orde Baru Hingga Saat Ini
3.1.
Perekonomian
Indonesia Pada Masa Orde Baru
Di awal orde baru, ketika Soeharto
menjabat menjadi presiden RI saat ini kondisi perekonomian di indonesia sangat
buruk, tingkat inflasi yang terjadi pada negara kita mencapai 650% pertahun.
Presiden Soeharto saat itu menambahkan
langkah yang telah dilakukan sebelumnya oleh Soekarno. dan ternyata Soeharto berhasil
menekan inflasi dari 650% menjadi dibawah 15% dalam waktu kurang dari dua
tahum. Untuk menekan inflasi yang begitu tinggi, Soeharto melakukan hal yang jauh berbeda dengan
presiden sebelumnya. Beliau membuat anggaran, menerbitkan sektor perbankan,
mengembalikan sektor ekonomi dan merangkul negara-negara barat untuk menarik
modal.
Di samping itu, Soeharto pada
tahun 1970-an juga menggenjot penambangan minyak dan pertambangan. Sehingga
pendapatan negara dari migas meningkat, dari 0,6 % miliar pada tahun 1973 dan
sekarang mencapai 10,6% miliar pada tahun 1980. Puncaknya kebijakan tersebut
adalah ketika penghasilan dari migas sama dengan 80% hasil eksport Indonesia.
Dengan kebijakan itu, Indonesia bisa maju dalam pembangunan di bawah
pemerintahan orde baru.
3.2.
Pemerintahan
Transisi (Era Presiden B.J. Habibie)
Krisis ekonomi mempunyai dampak
yang sangat memprihatinkan terhadap peningkatan pengangguran, baik di perkotaan
maupun di pedesaan, daya beli masyarakat menurun, pendidikan dan kesehatan
merosot serta jumlah penduduk miskin bertambah. Oleh karena itu, muncul
kebijakan Jaring Pengaman Sosial (social
safety net). Yang menyebabkan suatu prestasi yang mengagumkan, yakni nilai
tukar rupiah dari 16.000 menjadi 6.000 rupiah.
3.3.
Pemerintahan
Reformasi (era Presiden K.H. Abdurrahman Wahid)
Terjadi banyak keanehan dan
tidak terdapat kebijakan perekonomian. Pada masa Gus Dur, rating kredit
Indonesia mengalami fluktuasi, dari peringkat CCC turun menjadi DDD lalu naik
kembali ke CCC. Salah satu penyebab utamanya adalah imbas dari krisis moneter
pada 1998 yang masih terbawa hingga pemerintahannya.
3.4.
Pemerintahan
Gotong Royong
Langkah Presiden SBY untuk
merangkul Parpol-parpol yang kalah dalam Pemilu 2009 adalah bagian dari
kebijakan Soft Power, atau kebijakan untuk bergotong-royong dalam membangun
bangsa dan negara. Ini serupa dengan Kabinet Gotong-Royong di masa lalu.
Keadaan sistem ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan gotong royong memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Rendahnya
pertumbuhan ekonomi yang dikarenakan masih kurang berkembangnya investasi
terutama disebabkan oleh masih tidak stabilnya kondisi sosial politik dalam
negeri.
b. Dalam
hal ekspor, sejak 2000, nilai ekspor non-migas Indonesia terus merosot dari
62,1 miliar dollar AS menjadi 56,3 miliar dollar As tahun 2001, dan tahun 2002
menjadi 42,56 miliar dollar AS.
3.5.
Pemerintahan
Indonesia Bersatu (Era SBY – Boediono)
Kabinet Indonesia Bersatu
merupakan kabinet pemerintahan Indonesia yang dibagi menjadi Kabinet Indonesia
bersatu jilid I dan II. Kabinet Indonesia bersatu jilid I, yaitu bentuk
pemerintahan yang keenam yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla pada masa 2004 – 2009 dan presiden yang
pertama kalinya dipilih melalui sistem pemilihan umum langsung di Indonesia. Sedangkan
Kabinet Indonesia bersatu jilid II dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang
Yudoyono dan Wakil Presidennya Dr. Boediono yang merupakan bentuk pemerintahan
yang ketujuh pada masa 2009-2014.
Kabinet Indonesia Bersatu jilid
I ini dibentuk pada tanggal 21 Oktober 2004 dan berakhir pada tahun 2009
menggantikan kabinet gotong royong sebelumnya yang dipimpin Megawati dan Hamzah
Haz pada 5 Desember 2005. Pada Indonesia bersatu jilid 1, yaitu pada tahun 2004
sampai 2009 utang di negara kita meroket drastis dari 1.275 triliun menjadi 1.667
triliun. Pemerintahan SBY “sangat berhasil” dalam tugas utang mengutang.
Dengan sistem kebijakan
pemerintah SBY saat ini, rakyat Indonesia dipaksa menanggung beban utang para
bankir yang sudah kaya lewat beragam penyunatan subsidi seperti pendidikan
(BHP) dan kesehatan. Pada saat yang sama, rakyat yang tidak ikut melakukan
kesalahan dan tidak pernah menikmati utang, harus membayar minyak/BBM, listrik
dan air yang mahal, agar negara bisa membayar utang utang Negara di tambah
subsidi pendidikan dan minyak di cabut dengan alasan yang tidak jelas.
4.
Faktor-Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia
Product Domestic Bruto (PDB)
Indonesia diproyeksikan menjadi Rp 4.200 triliun pada 2008. Sektor yang
diharapkan untuk mendorong pertumbuhan PDB tersebut dari sektor konsumsi dan
proyek infrastruktur. PDB 2008 sekitar Rp. 4.200 triliun. Yang paling mendorong
itu konsumsi. Konsumsi adalah 60%, pemerintah menaruh pertumbuhan ekonomi itu
didukung dengan kebijakan fiskal. Sedangkan PDB Indonesia pada 2007
diperkirakan mencapai Rp. 3.531,08 triliun. Konsumsi masyarakat yang pada titik
kritis saat ini akibat menurunnya daya beli. Karena itu, pemerintah tengah
menyiapkan program yang dapat meningkatkan pendapatan riil masyarakat dan
pengentasan kemiskinan. Selain itu, pemerintah juga akan mengurangi tingkat
suku bunga dan inflasi.
Penerimaan naik itu tidak ada
artinya jika inflasinya tinggi. Selain itu, harga terkendali, sehingga akhirnya
income riil naik. Titik kritis yang lain adalah investasi. Untuk mencapai
pertumbuhan PDB pada level tersebut, diperlukan investasi lebih dari Rp 1.000
triliun. Jumlah kebutuhan investasi untuk mendorong infrastruktur. Jika
investasi itu naik, maka akan terjadi akselerasi dan akhirnya menciptakan lapangan
pekerjaan. Sehingga pemerintah dalan mengalokasikan jumlah anggaran yang cukup
signifikan dalam belanja infrastruktur. Anggaran untuk infrastruktur itu, dapat
disebar di departemen teknis, antara lain Departemen Pekerjaan Umum dan
Departemen Perhubungan. Pemerintah yang punya anggaran belanja modal akan
menggunakannya untuk belanja irigasi, bandara, pelabuhan, kereta api.Selain
mengalokasikan anggaran yang meningkat signifikan untuk pembangunan
infrastruktur, pemerintah juga mendorong investasi swasta melalui skema Public
Private Partnership (PPP) untuk beberapa proyek seperti infrastruktur listik,
pengadaan jalan, bandara dan pelabuhan. Menurut Anggito, pemerintah akan
melakukan pembagian risiko terhadap pihak swasta.
Investasi juga akan dibentuk dari
perbankan, PMDN, PMA, pasar modal, dan keuntungan perusahaan yang
diinvestasikan. “Jadi dari sumber-sumber itu sudah masuk pipeline untuk bisa
mendukung investasi yang memadai untuk 2008. Semua itu cukup untuk mendukung pertumbuhan
6,8%. Konsumsi, investasi, ditambah kinerja ekspor yang masih cukup baik, mampu
membentuk PDB menjadi Rp 4.200 triliun. Sebelumnya, ekonomi pada 2008
ditargetkan tumbuh 6,8%. Asumsi tersebut juga memperhatikan proyeksi pencapaian
2007 yang diprediksi hanya akan mencapai 6,1%. Untuk mengejar target 2008 itu,
beberapa indikator pendorong pertumbuhan mesti dipenuhi yaitu konsumsi rumah
tangga harus tumbuh 5,9%, konsumsi pemerintah 6,2%, investasi 15,5%, ekspor
12,7%, dan impor 17,8%. Sedangkan Standard Chartered Bank (SCB) memprediksi
pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) tahun 2008 hanya 6,3%.
Angka ini jauh lebih rendah dari target PDB dalam APBN 2008 sebesar 6,8%.
Setelah terpengaruh oleh dampak
peningkatan tajam harga minyak dan tingkat suku bunga di tahun 2005, ekonomi
Indonesia berangsur pulih dan perkembangannya cenderung meningkat dari 5,5% di
tahun 2006 menjadi 6,1% di tahun 2007 dan 6,3% di tahun 2008. Angka PDB
SCB ini sudah memperhitungkan prediksi adanya perlambatan ekonomi global di
2008. Tingginya harga minyak dunia merupakan ancaman bagi pertumbuhan. Dan PDB
SCB memperkirakan harga minyak akan turun di 2008 seiring dengan melambatnya
pertumbuhan ekonomi global. Sementara menjelang Pemilu 2009 terlihat
prospek pertumbuhan ekonomi. Ini karena pemerintah akan meningkatkan belanja
untuk infrastruktur, mempercepat program infrastruktur. Angka pertumbuhan
ekonomi 2008 dalam APBN sebesar 6,8% menurut Bank Indonesia (BI) adalah angka
yang paling optimistis. BI sendiri untuk tahun 2008 lebih memilih target yang
aman di kisaran 6,2 – 6,8%. Dalam APBN 2008, pertumbuhan ekonomi yang sebesar
6,8% memakai asumsi inflasi sebesar 6%, defisit anggaran 1,7%, nilai tukar
rupiah terhadap dolar AS Rp 9.820, bunga SBI 3 bulan 7,5% dan harga minyak US$
60 per barel. Produksi minyak 1,034 juta barel per hari.
5.
Perubahan Struktur Ekonomi
Istilah Kuznets, perubahan
struktur ekonomi disebut transpormasi struktural, artinya rangkaian perubahan
yang saling terkait satu dengan yang lainnya dalam komposisi AD, perdagangan
luar negeri (ekspor dan impor), AS (produksi dan penggunaan faktor produksi
yang diperlukan guna mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan (Chenery, 1979).
5.1.
Teori
dan Bukti Empiris
Teori perubahan struktural
menitikberatkan pembahasan pada mekanisme transpormasi ekonomi yang ditandai
oleh LDCs, yang semula lebih bersifat subsistence dan menitikberatkan pada
sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern, yang
didominasi oleh sektor-sektor nonprimer. Ada 2 teori yang umum digunakan dalam
penganalisis perubahan struktur ekonomi.
5.2.
Teori
Migrasi (Arthus Lewis)
Ekonomi suatu negara pada
dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu: Perekonomian Tradisional dipedesaan yang
didominasi oleh sektor pertanian, Perekonomian Modern diperkotaan dengan
industri sebagai sektor utama. Di pedesaan karena pertumbuhan penduduknya tinggi,
maka terjadi kelebihan L dan tingkat hidup masyarakat berada pada kondisi
subsistence. Kelebihan L ini ditandai dengan produk marjinalnya yang nilainya
nol dan tingkat upah riil (w) yang rendah. Rumus ini juga berlaku bagi
perekonomian Modern.
LPD = Fd(WP’ YP) (2,25)
LPS = Fs(wp) (2,26)
LPD = LPD = LP (2,27)
Persamaan (2,25), permintaan L
(LPD) yang merupakan suatu fungsi negatif dari tingkat upah (wp) (Fd’wp>0)
dan positif dari volume produksi pertanian (Yp) (Fd’Yp>0). Persamaan (2,26)
, penawaran L (LPS) yang merupakan suatu fungsi positif dari tengkat upah
(Fw’wp). Sedang persamaan (2,27) mencermintakn keseimbangan di pasar L, yang
menghasilkan tingkat w (W setelah dikoreksi dengan inflasi) dan jumlah L
tertentu.
5.3.
Teori
Transpormasi Struktural (Hollis Chenery)
Teori ini mempokuskan pada
perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di LDCs, yang
mengalami transportasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai
mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi.
Perubahan struktur ekonomi
berbarengan dengan pertumbuhan PDB yang merupakan total pertumbuhan NT dari
semua sektor ekonomi dapat dijelaskan dengan industri dan pertanian NTB
masing-masing, yakni NTBi dan NTBp yang membentuk PDB :
PDB = NTBi + NTBp
Berdasarkan model ini, kenaikan
produksi sektor industri manufaktur dinyatakan sama besarnya dengan jumlah empat
faktor sebagai berikut.
a. Kenaikan
permintaan domestik, yang memuat permintaan langsung untuk produk industri
manufaktur plus efek tidak langsung dari kenaikan permintaan domestik untuk
produk sektor-sektor lainnya terhadap industri manufaktur.
b. Perluasan
ekspor atau efek total dari kenaikan jumlah ekspor terhadap produk idustri
manufaktur.
c. Substitusi
impor atau efek total dari kenaikan proporsi permintaan di tiap sektor yang
dipenuhi lewat produksi domestik terhadap output industri manufaktur.
d. Perubahan
teknologi atau efek total dari perubahan koefisien input-output di dalam
perekonomian akibat kenaikan upah dan tingkat pendapatan terhadap sektor
industri manufaktur.
Faktor-faktor internal yang
membedakan kelompok LDCs yang mengalami transisi ekonomi yang sangat pesat,
yaitu:
a. Kondisi
dan struktur awal ekonomi dalam negeri
b. Besarnya
pasar dalam negeri
c. Pola
distribusi pendapatan
d. Karakteristik
dari industrialisasi
e. Keberadaan
SDA
f. Kebijakan
perdagangan luar negeri
5.4.
Kasus
Indonesia
Kalau dilihat dari Orde Baru
hingga sekarang, dapat dikatakan bahwa proses perubahan struktur ekonomi
Indonesia cukup pesat. Data BPS menunjukan bahwa tahun 1970, NTB dari sektor
pertanian menyumbang sekitar 45% terhadap pembentukan PDB, dan pada dekade
1990-an hanya tinggal sekitar 16% hingga 20%. Menurutnya pangsa pertanian dalam
permbentukan PDB selama periode tersebut disebabkan oleh laju pertumbuhan
output (rata-rata pertahun) di sektor tersebut relatif lebih rendah
dibandingkan laju pertumbuhan output disektor-sektor lain.
~ Sekian ~
Sumber :
Catatan
Author :
Terima kasih banyak atas semua
sumber yang telah memberikan berbagai macam informasi, sehingga saya bisa
membuat artikel ini. Sekali lagi, terima kasih banyak. :”D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar